Harga Gula Pasir di Lampung Selatan Terus Naik hingga Tembus Rp17.500

Harga Gula Pasir di Lampung Selatan Terus Naik hingga Tembus Rp17.500
Harga Gula Pasir di Lampung Selatan Terus Naik hingga Tembus Rp17.500 (Foto : antvklik-Pujiansyah)

AntvHarga gula pasir di Pasar Inpres Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, terus naik dalam tiga pekan terakhir. Bahkan, kenaikan harga sudah jauh melampaui harga eceran tertinggi.

Menurut  Nurhayati, Pedagang di Pasar Inpres Kalianda mengaku mendapat pasokan gula pasir dari distributor seharga Rp745.000 per karung isi 50 kilogram pada awal November. Pekan berikutnya naik menjadi Rp765 ribu dan hari ini mencapai Rp812.500 per karung.

Pedagang menjual gula pasir eceran Rp15.000 per kilogram pada awal November. Nilai ini naik mengikuti harga distributor menjadi Rp16.000 pada pekan berikutnya. Kenaikan berturut-turut akhirnya tembus Rp17.500 per kilogram.

"Kalau untuk harga eceran gula pasir saat ini Rp17.500 per kilogram. Bahkan satu pekan itu sampai tiga kali mengalami kenaikan," kata Nurhayati, (30/11/2023).

Kenaikan harga gula pasir ini, lanjut Nurhayati, mendapatkan keluhan dari pembeli. Lonjakan harga ini membuat para pedagang mengeluh. "Kalau untuk kedepannya kita tidak bisa prediksi, apakah harga gula pasir ini mengalami penurunan atau terus mengalami kenaikan," ucap dia.

Kenaikan harga gula pasir mengerek harga  gula merah. Harga normal Rp12.500 sampai Rp13.500 ikut-ikutan naik menjadi Rp14.500 dan kini mencapai Rp16.000 per kilogram.

"Karena gula pasir mengalami kenaikan, pasti harga gula merah ikut naik. Dari harga normal Rp12.500 kini mencapai Rp16 ribu per kilogram," beber Nurhayati.

Kenaikan harga gula pasir maupun gula merah cenderung tidak terkendali. Namun, pemerintah belum melakukan tindakan apapun. Pedagang berharap pengendalian harga melalui ketersediaan stok dan kelancaran distribusi serta operasi pasar agar harga kembali normal.

Kabid Perdagangan Disperindag Lampung Selatan, Firdaus mengakui kenaikan harga gula pasir maupun harga merah karena dampak kemarau dan terpengaruh harga gula dunia.

"Indonesia masih tergantung impor sehingga mau tidak mau mengikuti patokan harga internasional. Sementara produksi gula merah turun selama kemarau sehingga stok menipis dan harga terkerek naik," kata Firdaus.