Pj. Gubernur Sulsel, Bahtiar, Sambangi Desa Paselloreng, Sosialisasikan Gerakan Gemar Tanam Pisang

Pj. Gubernur Sulsel, Bahtiar, Sambangi Desa Paselloreng, Sosialisasikan Gerakan Gemar Tanam Pisang
Pj. Gubernur Sulsel, Bahtiar, Sambangi Desa Paselloreng, Sosialisasikan Gerakan Gemar Tanam Pisang (Foto : Dok. Istimewa)

Antv – Penjabat(Pj) Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, mengunjungi Desa Paselloreng di Kabupaten Wajo,  beberapa hari lalu, mengajak warga di daerah transmigrasi ini, untuk mulai menanam pisang.

Bahtiiar juga berbicara dengan warga setempat tentang bagaimana menanam pisang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

Acara ini dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Wajo, serta beberapa pimpinan dari PT Perkebunan Nusantara PN XIV, Danrem 141/Toddopuli, dan pejabat pemerintahan setempat.
Mereka berharap bisa menanami 5.000 hektar lahan dengan pisang sebagai bagian dari Gerakan Gemar Menanam Pisang.

“Saya mendorong ketahanan pangan kita melalui budidaya pisang. Di Wajo itu ada 5.000 hektar. Saya target 100.000 hektar bisa ditanam satu tahun ke depan. Karena ini bisa menjadi sumber penghasilan masyarakat, tetapi belum dibudidayakan,” kata Bahtiar.

Dalam satu hektar lahan, bisa ditanam sekitar 1.500 hingga 2.000 pohon pisang. Jika kita memiliki lahan seluas 100.000 hektar, kita bisa menghasilkan sekitar 200 juta pohon pisang. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan menyediakan bibitnya.

Sayangnya, banyak lahan yang tidak digunakan dengan baik. Di Sulawesi Selatan, ada 6,7 juta hektar lahan, tetapi hanya 1,7 juta hektar yang digunakan untuk pertanian. Lahan sisanya tidak produktif. Kami berharap bahwa lahan milik individu, perusahaan, lembaga pemerintah, dan lahan transmigrasi yang tidak digunakan bisa dimanfaatkan untuk pertanian.

Selain itu, Sulawesi Selatan akan meniru Lampung dengan cara menghasilkan pisang dan nenas, yang juga bisa mendukung sektor peternakan. Limbah dari pisang dan nenas bisa digunakan sebagai pakan untuk hewan ternak.

Sebagai contoh, di Lampung, PT Great Giant Food mengelola lahan seluas 32.000 hektar untuk menanam pisang dan nenas. Mereka berhasil menghasilkan pendapatan sekitar Rp5 triliun per tahun dari pisang dan Rp3 triliun dari nenas. Selain itu, mereka juga memelihara 20.000 ekor sapi. Bahkan, perusahaan ini baru memasok 1 persen dari permintaan dari 65 negara.


“Nilai ekonominya juga tinggi. Selain sebagai makanan budaya, setiap kegiatan dengan sajian makanan selalu ada pisang. Secara kultural ini adalah tanaman budayanya Sulsel,” ungkapnya.

Ia kemudian membandingkan nilai ekonomi antara tebu dan pisang. Tebu 1 hektar menghasilkan Rp104 juta rupiah tetapi nilai produksinya Rp78 juta. Dengan keuntungan Rp26 juta per hektar. Sedangkan pisang Rp32-36 juta per hektar.

“Padahal nilai keekonomiannya per hektar Rp36 juta. Masyarakat kita perlu diajari membudidayakan,” jelasnya.

Dengan dukungan Bupati dan jajaran, serta TNI Polri, Bahtiar minta digerakkan setahun ke depan. Ia yakin bahwa program menanam pisang ini sukses. Sehingga diharapkan Sulsel menjadi produsen pisang terbesar di Indonesia. “Saya ingin menjadikan Sulsel provinsi pisang,” ucapnya.

Bahtiar ingin ada banyak sekali pohon pisang, sekitar 1 miliar di Sulawesi Selatan. Ini akan membuat industri pisang menjadi lebih baik karena selalu ada banyak pisang yang bisa dipanen, dan orang bisa mendapatkan pisang dengan mudah.

“Dengan jumlah banyak, industrinya akan tumbuh,” katanya.

Bupati Wajo, Amran Mahmud, menyampaikan, desa ini memiliki 732 Kepala Keluarga (KK) dengan masyarakat sejahtera. Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Paselloreng dan Bendung Gilireng, pada 9 September 2021. Selanjutnya adalah bagaimana mengoptimalkan sumber penghasilan masyarakat.

“Kami penuh bahagia, di tempat ini merupakan sebuah potensi daerah area transmigrasi, di mana penduduk asal dan penduduk setempat sudah berkolaborasi,” sebutnya.

Salah seorang transmigran, Nurdin, menyambut baik program tersebut.

“Kami sangat menyambut baik program Bapak Gubernur,” tandasnya.