Santriwati Kabur dari Ponpes Karena Alami Kekerasan Seksual, Ini Pengakuan Korban dan Ustadzah

Pengakuan Korban dan Ustadzah
Pengakuan Korban dan Ustadzah (Foto : antvklik-Irwansyah)

Antv – Dugaan kekerasan seksual terhadap puluhan santriwati yang terjadi di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) YM di Kecamatan Labangka, Sumbawa, NTB, kembali mecoreng dunia pesantren.

Kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh Pimpinan Ponpes berinisial TGH HD tersebut, kini telah ditangani oleh pihak kepolisian Polres Sumbawa, Polda NTB.

Salah satu korban kekerasan seksual menuturkan bagaimana kejadian memilukan dan traumaits itu bisa terjadi di dalam asrama Ponpes YM Labangka tersebut.

Sambil menangis, korban menceritakan peristiwa yang akan terus melekat dalam perjalanan hidupnya.

Korban menuturkan, saat kejadian, dirinya sedang menuju ke kamarnya, tiba-tiba HD memanggilnya.

Saat dihampiri dan sudah berada di depan pimpinannya itu. korban mengaku diminta melihat jam tangan HD. Saat itulah sang pimpinan ponpes melancarkan aksi bejatnya.

"Saya melihat jam tangannya kemudian saya langsung masuk ke kamar saya. Namun tiba-tiba saja saya diikuti dari belakang dan hendak ikut masuk ke dalam kamar. Sontak saja saya langsung menutup pintu, namun beliau mendorong pintu tersebut sehingga saya sempat terjatuh," tuturnya sambil menyeka air matanya, Kamis (1/6/2023).

Lebih lanjut korban menuturkan, setelah berhasil masuk ke dalam, lantas HD langsung terus mendekatinya dan berusaha memeluknya.

Korban sempat memohon agar tidak melakukan perbuatan tak senonoh akibat dikuasai hawa nafsu.

Sang pimpinan rupanya kian kerasukan dan tidak menggubris permohonannya, dan kian beringas menyuruh korban diam sambil membekap mulutnya.

"Saya memohon kepada si Abah (HD) sambil berkata, saya tidak mau diginikan masa depan saya masih panjang. Tapi si Abah tidak mau mendengarkan ucapan saya. Berkali-kali saya berteriak minta tolong namun teman-teman menganggap saya bercanda. Abah sempat memegang mulut saya sambil berkata, diam kamu," beber korban dengan mata sembab.

Karena korban terus berteriak dan memberontak, HD langsung keluar dari dalam kamar.

Korban yang merasa tertekan dengan perlakuan kurang ajar HD, lantas menceritakannya pada ustadzahnya pada malam hari.

Namun, meski diceritakan kepada ustadzahnya, aksi bejat HD kepada korban rupanya tak berhenti.

Pada suatu malam, HD kembali menjalankan aksi bejatnya dengan berpura-pura mengobatinya.

Meskipun dikamarnya terdapat 4 orang santriwati, namun HD masih sempat menjalankan aksi bejatnya dengan menggerayangi tubuh korban.

"Disitu si Abah berpura-pura mengobati kaki saya. Abah memegang kaki saya sambil merabanya dan tangannya terus naik. Saya kembali berteriak," katanya.

Rupanya upaya berontak korban tak membuat ciut nyali HD untuk melecehkan secara seksual terhadap korban. HD kembali masuk ke kamarnya dan mencoba untuk memeluknya.

Namun saat itu, dirinya memberanikan diri untuk berteriak dan meminta tolong, namun teriakannya masih dianggap candaan oleh teman-temannya.

Setelah kejadian itu, korban mengaku terus mengalami sakit-sakitan dan akhirnya dirinya bersama teman-temannya memberanikan diri untuk kabur dari Pondok Pesantren tersebut.

Salah seorang ustadzah di ponpes itu bernama Julia, mengakui baru mengetahui kejadian memalukan tersebut saat banyak anak anak yang lari dari pesantren dan datang ke rumahnya.

"Saya sempat heran tiba tiba banyak anak anak yang datang ke rumah. Saat ditanya kenapa, mereka diam dan gak ada yang mau cerita," katanya.

Yang kian membuat heran ustadzah Julia, beberapa hari berikutnya, ada lagi santriwati yang lari dari pesantren ke rumahnya.

"Jumlah anak anak yang lari dari pesantren kian hari terus bertambah. Setelah kami tanya akhirnya mereka mengaku diperlakukan tidak senonoh oleh pimpinan," ungkapnya.

Sementara itu, Kapolres Sumbawa, AKBP Heru Muslimin mengatakan, saat ini para korban dugaan kekerasan seksual tersebut sudah melapor dan diminta keterangan oleh penyidik PPA.

Sementara sang pimpinan ponpes, HD, terduga pelaku juga telah diamankan di mapolres untuk dimintai keterangan.

"Saya minta masyarakat tenang, percayakan kepada kami. Kami akan melakukan penyelidikan secara profesional," tegas AKBP Heru Muslimin.