Kisah Perjalanan Dua Pasutri Lampung hingga Jadi Korban Pembunuhan Berantai Mbah Slamet

Dua Pasutri Korban Pembunuhan Berantai Mbah Slamet
Dua Pasutri Korban Pembunuhan Berantai Mbah Slamet (Foto : antvklik-Pujiansyah)

AntvPembunuhan berantai terhadap 12 orang yang dilakukan Slamet Tohari atau Mbah Slamet, berkedok dukun pengganda uang menguak kisah bagi dua pasangan suami istri (Pasutri) asal Kabupaten Pesawaran, Lampung.

Dua pasutri tersebut bernama Irsad (44) dan Wahyu Triningsih (41), lalu Suheri (53) dan Riani (50). Mereka menjadi korban kekejaman Mbah Slamet yang menjanjikan korbannya bisa menggandakan uang dengan cepat.

Keempat korban berkenalan dengan Mbah Slamet melalui seseorang bernama Kijo, warga Kabupaten Lampung Tengah.

Kijo mengatakan kepada Irsad dan Suheri bahwa Mbah Slamet adalah dukun sakti yang bisa menggandakan uang.

Mendengar ucapan Kijo, para korban pun tertarik dan berangkat ke Banjarnegara untuk menemui Mbah Slamet pada pertengahan 2021.

Usai bertemu dengan Mbah Slamet, mereka pun kembali pulang ke Lampung dan kembali berangkat ke Banjarnegara pada Agustus 2021.

Keberangkatan kedua kalinya ini, Irsad dan Suheri turut membawa istrinya masing-masing. Sebulan setelah berangkat, pihak keluarga masih bisa berkomunikasi dengan dua pasutri itu  pada September 2021.

Saat dihubungi, para korban mengaku akan pulang ke Lampung. Suheri dan Riani menghubungi keluarga di tanggal 8 September 2021. Sementara Irsad dan Wahyu Triningsih menghubungi keluarga di tanggal 12 September 2021.

Namun, keempatnya tak kunjung pulang dan tidak dapat dihubungi lagi. Hingga akhirnya, pihak keluarga mengetahui kalau keluarganya menjadi korban pembunuhan Mbah Slamet.

Semua korban dikubur oleh Slamet di sebuah lereng bukit yang tertutup dengan tanaman singkong dan puspa yang tumbuh di atasnya.

Kapolres Pesawaran, AKBP Pratomo Widodo mengatakan, pihaknya akan membantu Polres Banjarnegara dalam melakukan pencarian terhadap Kijo yang menjadi penghubung kedua pasutri itu ke Mbah Slamet.

"Jadi menghubungkan antara siapa yang memperkenalkan dengan Dukun Slamet ini, ada satu orang. Saya sudah koordinasi juga dengan Polres Banjarnegara, mungkin nanti akan diambil keterangannya apakah dia terlibat atau menjadi korban juga dari Mbah Slamet," kata AKBP Pratomo Widodo, Rabu (6/4/2023).

Irsad (44) dan istrinya Wahyu Tri Ningsih (41) warga Jalan Branti Raya, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, juga menjadi korban pembunuhan berantai Mbah Slamet berkedok dukun pengganda uang.

Identitas kedua korban berhasil diidentifikasi setelah polisi menunjukkan foto dari kedua korban dan dibenarkan oleh Slamet Tohari.

Keduanya berpamitan dengan keluarganya untuk bekerja mengajar kursus. Mereka meninggalkan dua putri yang masih belia, satu pelajar SMK dan satunya masih usia 3 tahun.

"Izinnya kan pamitan kerja. Disana ada kerjaan buat ngajarin kursus. Dibayarnya perjam," kata Helmi, kakak perempuan Irsad, Rabu (5/4/2023).

Helmi mengungkapkan, keduanya pergi berpamitan dan telah hilang komunikasi lebih dari satu tahun lalu. Kedua korban meninggalkan dua orang anak.

"Setelah pamitan, tidak ada komunikasi lagi," ungkapnya.

Saat ditanya kapan pamitannya kedua korban, Helmi mengaku lupa tanggal dan bulan pastinya. Namun, keduanya sudah pergi lebih dari satu tahun.

"Kalau bulan dan tanggal keduanya pamitan saya lupa. Lebih dari setahun," ucapnya.

Sedangkan, Suheri (53) dan istrinya Riani (50), memiliki sosok kepribadian yang baik di masyarakat. Keduanya dikabarkan menjadi korban pembunuhan Mbah Slamet.

Keduanya memiliki dua orang anak yakni Rian aditya Mahendra (28) dan Rani dwi Wulandari (22). Rian telah memiliki dua orang anak, sedangkan Rani masih lajang dan bekerja di Bandar Lampung.

Rani, anak ke dua dari pasangan suami istri Suheri dan Riani menceritakan bahwa dirinya putus komunikasi dengan kedua orang tuanya itu tanggal 8 September 2021 memberi kabar kalau mau pulang dari Pulau Jawa.

"Waktu berangkat pamitan ada proyek. Ayah kan pemborong. Mau borong rumah. Tapi, awalnya bukan di Semarang. Tapi, Tulung Agung Padepokan," kata Rani, Kamis (6/4/2023).

Selain itu kata Rani, kalau ditanya soal pulang ayahnya menjawab sebentar lagi beberapa hari lagi.

"Ayah terakhir telp tidak ke angkat jam 5.30 Wib. Dan 5.30 WIb sudah tidak aktif tanggal 8. Kedua no telp sudah tidak aktif," ungkapnya.

Menurut Rani, dalam kesehariannya kedua orang tuanya itu sosok orang tua yang baik, ramah. Awalnya mengetahui kabar itu Rani melihat di sosial media.

Dan sebelumnya Rani pernah video call bersama ibunya di lokasi tersebut. Rani pun meminta agar pelaku dihukum yang setimpal atas perbuatannya.