Ubah Kampung Kumuh Jadi ProKlim dengan Kelola Sampah

Ubah Kampung Kumuh Jadi ProKlim dengan Kelola Sampah
Ubah Kampung Kumuh Jadi ProKlim dengan Kelola Sampah (Foto : Antvklik | Andri Prasetiyo/Sleman)

Selain itu, Sehadi juga mengedukasi warganya agar tidak membakar sampah, utamanya sampah anorganik. Kemudian dia mengajak para pemuda di kampung tersebut untuk mengelola sampah agar bernilai jual.

"Kedua, tolong tidak membakar sampah, dan kita gerakkan dari potensi anak mudanya juga kita libatkan, terutama nanti untuk pengelolaan sampahnya, biar dipilah, dijual, buat untuk kerajinan. Sehingga Insya Allah tujuan kita tercapai dan anak cucu kami yang akan menerima manfaatnya," ujarnya.

Berkat kemampuan mengelola sampah, Kampung Sangurejo akhirnya bisa mendeklarasikan diri menjadi kampung ProKlim.

"Mudah-mudahan program seperti ini nanti bisa meluas ke seluruh masyarakat di wilayah Yogyakarta dan pada umumnya di Indonesia. Sehingga nanti setidaknya di wilayah kita bisa bersih, banyak pohon yang tumbuh, dan juga pelestarian sumber airnya bisa terjaga," harap Sehadi.

Sementara, dosen Fakultas Kehutanan UGM, Atus Syahbudin menjelaskan, pihaknya ikut mendampingi terbentuknya Kampung ProKlim Sangurejo sejak 2 tahun lalu. Mulai dari menanam pohon, pengelolaan sampah, dan ke depan akan melakukan pendampingan batik ecoprint serta biopori.

"Mereka sudah memulai dari yang awalnya kampung terbatas menjadi kelompok desa wisata dan Desember lalu menjadi kampung Pramuka," ungkapnya.

Sedangkan, Staf Ahli Gubernur DIY bidang Sosial Budaya dan Kemasyarakatan, Etty Kumolowati mengatakan perubahan iklim sudah di depan mata. Sehingga perlu kesadaran masyarakat untuk mencegah percepatan perubahan iklim tersebut.