Kota Chengdu China Perpanjang Lock Down Cegah Covid-19

Petugas medis di Shenzhen, China.
Petugas medis di Shenzhen, China. (Foto : Reuters)

Antv –Pusat teknologi selatan China di Shenzhen mengatakan akan mengadopsi langkah – langkah pembatasan Covid-19 secara berjenjang mulai Senin (5/9/2022). Sedangkan Kota metropolitan Chengdu di barat daya mengumumkan perpanjangan lock down untuk menekan penyebaran Covid-19.

Shenzhen yang telah melakukan lock down sebagian pada hari Sabtu (3/9/2022) akan mengumumkan kebijakan baru. Mereka akan mengumpulkan semua sumber daya yang tersedia, memobilisasi kekuatan dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membasmi pandemi.

Kota Shenzhen merupakan kota berpenduduk 18 juta jiwa. Seorang pejabat setempat menyebut risiko penyebaran Covid-19 masih besar.

“Saat ini, situasi Covid di kota ini parah dan komplek. Jumlah infeksi baru relatif tinggi dan risiko penularan di masyarakat masih ada,” ungkap seorang pejabat Kesehatan Masyarakat Shenzhen Lin Hancheng pada konferensi pers, Minggu (4/9/2022) malam.

Kota ini melaporkan 89 orang terinfeksi Covid-19 yang ditularkan secara lokal pada Sabtu (3/9/2022), sehari sebelumnya tercatat 87 jiwa terinfeksi. Berdasarkan peningkatan jumlah penderita Covid, Shenzhen akan memberlakukan sejumlah kebijakan.

Di daerah yang dinilai berisiko rendah otoritas setempat akan menghapus pembatasan. Sedangkan di wilayah yang ditemukan infeksi Covid pembatasan sementara akan diperpanjang selama 3 hari.

Distrik utama Futian, Nanshan dan Longhua akan menerapkan kebijakan penutupan pusat hiburan seperti bioskop dan KTVS. Sedangkan untuk restoran akan dibatasi jumlah pengunjung makan di tempat sebesar 50 persen dari kapasitas.

“Lingkungan Nanyuan di distrik Futian akan terus diperlakukan sebagai daerah berisiko sedang karena jumlah kasus positif masih terindikasi relatif tinggi,” lanjut Lin.

Sedangkan di Kota Chengdu, Ibu Kota Privinsi Sichuan masih terus diberlakukan lock down untuk mengatasi penyebaran Covid-19.

China sampai saat ini masih memilih kebijakan “Zero Covid” yang ketat, berbeda dengan negara lain yang telah melonggarkan kebijakan pembatasan dan memilih hidup berdampingan dengan virus Covid-19. Akibat pilihan tersebut telah berdampak pada risiko perekonomian bagi negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini.

Sumber: Reuters