Waspada, Konsumsi Gula Tambahan Dapat Memicu Diabetes dan Kanker

Waspada, Konsumsi Gula Tambahan Dapat Memicu Diabetes dan Kanker
Waspada, Konsumsi Gula Tambahan Dapat Memicu Diabetes dan Kanker (Foto : )
Konsumsi gula tambahan dapat menyebabkan perubahan dalam metabolisme seseorang dan memicu berbagai penyakit seperti diabetes dan kanker.
Konsumsi gula tambahan dapat menyebabkan perubahan dalam metabolisme seseorang dan mengakibatkan berbagai penyakit. dilansir dari
Medical News Today , Jumat (19/3/2021), mengonsumsi gula dalam takaran berapa pun, termasuk dalam jumlah sedang, dapat menggandakan produksi lemak di hati. Hal ini menyebabkan perkembangan penyakit hati berlemak hingga diabetes tipe 2.Melalui Journal of Hepatology, para peneliti di Medical University of Graz, Austria, University of Zurich dan University Hospital Zurich, Swiss, mengungkap bahwa komponen beberapa jenis gula alami berasal dari buah-buahan dan sayuran. Namun, kebanyakan gula tambahan yng kita konsumsi cenderung berasal dari makanan olahan yang kita makan.Gula ini memang ditambahkan oleh para produsen ke makanan dan minuman yang dijualnya untuk meningkatkan rasa atau memperbaiki tampilan dan tekstur makanan, agar semakin menggugah selera. Nah, konsumsi gula yang tinggi inilah yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes tipe 2, obesitas, penyakit kardiovaskular hingga kanker.Hasil penelitian menyebutkan bahwa konsumsi minuman manis sangat berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Ditemukan bahwa partisipan yang meminum minuman yang dimaniskan dengan fruktosa, memiliki produksi lemak dua kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang minum minuman yang dimaniskan dengan glukosa dan tidak mengonsumsi minuman dengan gula sama sekali.Penumpukan lemak di hati menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit hati berlemak non-alkohol.Peneliti juga mengungkap temuan lain yang sangat mengejutkan. Bahwa sukrosa atau gula yang paling sering dikonsumsi manusia, meningkatkan sintesis lemak sedikit lebih banyak daripada jumlah fruktosa yang sama.Oleh karena itu, hingga saat ini masih banyak ilmuwan yang percaya bahwa fruktosa lebih mungkin menyebabkan perubahan tersebut dibanding jenis gula lainnya.