Ahli Tekankan Vaksin Covid-19 Tidak Menyebabkan Kemandulan

Ahli Tekankan Vaksin Covid-19 Tidak Menyebabkan Kemandulan
Ahli Tekankan Vaksin Covid-19 Tidak Menyebabkan Kemandulan (Foto : )
Para ahli kembali menegaskan bahwa semua vaksin Covid-19 yang dikembangkan, telah melewati tahapan pengujian dan tidak menyebabkan kemandulan.
Beberapa waktu belakangan, ada banyak informasi salah yang beredar terkait vaksin Covid-19. Salah satunya adalah, soal vaksin Covid-19 yang disebut dapat menyebabkan kemandulan. Namun, para ahli telah membantah informasi yang ramai beredar di media sosial tersebut.Dilansir dari
Science Alert , Minggu (7/3/2021), sejumlah pakar mencoba menjelaskan dan meluruskan pernyataan terkait vaksin Covid-19 dapat menyebabkan kemandulan. Pada dasarnya, semua vakisn bekerja dengan cara yang sama, yakni dengan mengaktifkan respons imun atau kekebalan tubuh.Vaksin memaparkan versi virus yang tidak berbahaya atau sebagian kecil virus ke sistem kekebalan tubuh, untuk memicunya membuat antibodi yang dapat melawan infeksi di masa mendatang. Hanya saja, perbedaan antara vaksin terletak pada bagaimana mereka membuat virus corona tidak berbahaya atau bagian virus mana yang mereka gunakan.Kebanyakan vaksin yang dikembangkan saat ini, memilih menggunakan protein spike bagian dari virus corona sebagai bahan utamanya. Protein spike berada di permukaan virus dan merupakan target respons imun selama infeksi. Vaksin ‘generasi selanjutnya’ yang dikembangkan Pfizer, Moderna dan AstraZeneca, menggunakan materi genetik, RNA untuk mengkode protein spike.Ahli menejelaskan bahwa kekhawatiran akan vaksin Covid-19 yang disebut dapat menyebabkan kemandulan, muncul melalui serangkaian informasi di media sosial. Banyak informasi tanpa penjelasan yang tepat yang menunjukkan bahwa vaksin Pfizer berkaitan dengan protein yang ditemukan dalam plasenta yang disebut syncytin-1.Sebuah postingan menyebut bahwa vaksin corona yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech mengandung syncytin-1 atau protein spike yang merupakan bagian dari vaksin mirip dengan syncytin-1. Oleh sebab itu, informasi yang salah ini menyebabkan kekhawatiran bahwa vaksin Pfizer tersebut akan melatih sistem kekebalan tubuh menyerang plasenta orang tersebut.Berbagai studi telah menunjukkan bahwa antibodi terhadap protein spike virus corona tidak menyerang plasenta, karena telah ditemukan antibodi virus pada bayi yang baru lahir. Antibodi ini telah melewati plasenta dari ibunya ketika mereka terinfeksi selama masa kehamilan.Para ahli kembali menegaskan bahwa semua vaksin Covid-19 yang dikembangkan, telah melewati tahapan pengujian pada hewan dan tidak ditemukan efek apapun yang memengaruhi kesuburan.Hingga saat ini, belum ada data dari uji klinis pada manusia yang secara khusus mempelajari efek vaksin corona terhadap kesuburan. Bahkan, pada uji coba keamanan mengecualikan wanita hamil dan peserta diminta untuk menghindari kehamilan.Ahli vaksin lainnya, menambahkan pengecualian tidak disarankan pada masalah keamanan teoritis tertentu, tetapi karena kewaspadaan yang berlebihan, yang umumnya terlihat dalam uji coba vaksin.Terlepas dari kriteria tersebut, ada 53 kehamilan terjadi selama uji klinis vaksin Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca. Hasil dari kehamilan ini tidak berbeda pada peserta yang menerima vaksin Covid-19 dibandingkan mereka yang tidak, menunjukkan bahwa vaksin ini tampaknya memiliki pengaruh yang kecil terhadap kesuburan dan kehamilan.