Kenalkan Erlotinib, Kalbe Buat Inovasi Obat Kanker Paru Generik Pertama Karya Anak Bangsa

Kalbe kenalkan Erlotinib, obat kanker paru generik dalam negeri
Kalbe kenalkan Erlotinib, obat kanker paru generik dalam negeri (Foto : Dokumentasi)

Antv – PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) berkomitmen mengedukasi masyarakat terkait kanker di Indonesia bertepatan dengan peringatan World No Tobacco Day 2023.

Kalbe berfokus pada fakta bahwa merokok erat kaitannya dengan kejadian kanker paru. Sebab, perokok memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian kanker paru, dibandingkan mereka yang tidak merokok.

“Berdasarkan data GLOBOCAN (Global Cancer Observatory), kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak ketiga di Indonesia dan penyebab nomor satu kematian akibat kanker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kanker paru-paru merupakan jenis kanker yang paling erat kaitannya dengan merokok, sehingga PT Kalbe Farma Tbk ingin berkontribusi dalam menyebarkan kesadaran masyarakat melalui aktivitas di World No Tobacco Day,” ujar Presiden Direktur PT Global Onkolab Farma, a Kalbe Company, dr. Selvinna, M.Biomed pada awak media pada Rabu, 31 Mei 2023.

“Orang yang merokok memiliki risiko 15–30 kali lebih tinggi terkena kanker paru atau meninggal akibat kanker tersebut, dibandingkan orang yang tidak merokok,” tambah Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P (K).

Lebih lanjut, dr. Sita menjelaskan bahwa gejala kanker paru sering kali tidak tampak pada stadium awal, karena tanda-tandanya mirip dengan penyakit umum lainnya, seperti TBC (tuberculosis) ataupun dampak dari kebiasaan merokok jangka panjang. 

Oleh sebab itu, tidak sedikit pasien yang datang ke dokter dengan kondisi kanker paru yang sudah berada pada stadium lanjut.

Fakta lainnya, terdapat lebih dari 80 persen kanker paru merupakan tipe kanker paru bukan sel kecil (non small cell lung cancer atau NSCLC). 

Kemudian, sekitar 40 persen dari NSCLC terjadi mutasi reseptor pertumbuhan epidermal (EGFR). Rekomendasi pengobatannya tentu berbeda dengan tipe kanker paru lain.

“Terapi bagi pasien kanker paru tentunya sangat bervariasi tergantung dari tipe atau jenisnya. Pada pasien dengan jenis kanker paru bukan sel kecil (non-small cell lung cancer atau NSCLC), pasien akan direkomendasikan dengan obat small molecule EGFR TKI atau penghambat tyrosine kinase,” jelas dr. Sita.

Pasien pun membutuhkan terapi yang berkualitas dan terjangkau. Sedangkan, selama ini belum tersedia obat terjangkau yang diproduksi dalam negeri. 

Memperhatikan fakta tersebut, Kalbe pun melakukan inovasi obat kanker paru generik pertama karya anak Bangsa, yang bisa didapatkan melalui JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).

“Saat ini di pasaran hanya tersedia produk EGFR TKI impor, maka PT Kalbe Farma melalui anak perusahaannya, PT Global Onkolab Farma, berinisiatif menyediakan terapi yang efektif, berkualitas, dan terjangkau, dengan memproduksi Erlotinib generik karya anak Bangsa yang sudah tersedia di e-katalog obat dalam skema JKN yang dapat dinikmati oleh seluruh pasien yang membutuhkan,” ungkap dr. Selvinna.

Berdasarkan data BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan), penyakit kanker merupakan penyakit katastropik atau penyakit berbiaya mahal yang selalu menyedot anggaran terbesar dari klaim layanan kesehatan program JKN-KIS. 

Penyakit Kanker menyerap dana sebesar Rp3,5 Triliun atau 18 persen dari total biaya klaim layanan, bahkan pada tahun 2019 lebih besar yaitu Rp4,1 triliun.

Kalbe sebagai perusahaan kesehatan dalam negeri turut mendukung arahan pemerintah dalam memperbanyak produk dalam negeri yang memiliki sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Hal ini dilakukan sebagai usaha agar kualitas produk dalam negeri semakin meningkat dengan menghadirkan inovasi obat kanker paru Erlotinib.

“Hadirnya Erlotinib merupakan bukti komitmen Kalbe Farma untuk mendukung program pemerintah yakni kemandirian obat nasional, karena produk ini pertama kalinya dibuat di Indonesia. Kalbe juga terus konsisten berinovasi demi memenuhi kebutuhan pasien akan terapi kanker yang efektif, berkualitas dan terjangkau,” pungkas dr. Selvinna.

Sementara itu, sangat penting menghindari sejumlah faktor risiko kanker paru, seperti merokok dan melakukan deteksi dini. Keduanya akan menjadi kunci utama dalam menekan angka kejadian dan kematian kanker paru di Indonesia.