Pembangkit Nuklir Masuk Peta Jalan Karbon Netral Indonesia, Ini Calon Lokasinya

ilustrasi pltn batan antvklik
ilustrasi pltn batan antvklik (Foto : )
Suparman mengatakan, jika pemerintah sudah memberi lampu hijau, terlebih dahulu perlu dibentuk NEPIO (
Nuclear Energy Program Implementation organization)
, sebagai organisasi yang bertugas mempersiapkan pembangunan PLTN.Ia juga mengakui, rencana pembangunan PLTN seperti tarik ulur lantaran masih adanya persepsi negatif dari sejumlah kalangan tentang pemanfaatan energi nuklir.Padahal menurutnya, teknologi PLTN makin aman dan masyarakat juga dapat tinggal di sekitarnya dengan jarak aman sekira 1 km.Suparman mencontohkan, di beberapa negara, lingkungan seputar PLTN jadi tempat penangkaran dan pemeliharaan satwa dilindungi.Saat ditanya, tentang potensi terjadinya kecelakaan akibat bencana alam, seperti yang terjadi di Fukushima, Jepang, Suparman menegaskan, kemungkinan itu tetap ada dan dapat diantisipasi sebelumnya dengan persiapan matang, seperti rencana kedaruratan nuklir.Menurutnya, hal ini sudah diterapkan di Jepang sehingga masyarakat yang tinggal sekitar PLTN di Fukushima dapat selamat dari kejadian tersebut. Kalau pun ada korban, bukan akibat radiasi nuklir, melainkan dari bencana tsunami."(PLTN) Fukushima sudah mau pensiun. dan kurang diperhatikan oleh pengelolanya, tapi ternyata ada gempa dan tsunami hingga terjadi kecelakaan. Tapi PLTN di sebelahnya sudah membangun tembok sehingga tsunami tidak mengenai (reaktor)," paparnya.Apalagi menurut Suparman, teknologi PLTN yang dipakai di Fukushima masih generasi II. Sekarang evolusi teknologi PLTN sudah berada di generasi III dan III+ dan sedang menuju generasi IV yang lebih canggih dan aman.

Tawaran Investasi

Saat ini sejumlah negara sudah menawarkan kerja sama atau investasi pembangunan PLTN di Indonesia, seperti dari Rusia, Prancis, China, Amerika Serikat dan Jepang."Soal investasi, beda teknologi beda harganya. Nanti dibidding (lelang red.) dan siapa yang murah dan tidak melupakan aspek keselamatan," katanya.Meski demikian, Suparman menegaskan, semua itu masih menunggu persetujuan pemerintah terkait rencana pembangunan PLTN.Indonesia sendiri sudah berpengalaman membangun dan mengoperasikan 3 reaktor riset, yaitu di Serpong dengan kapasitas 30 MW, Bandung 2 MW dan Yogyakarta 100 KW.Namun soal teknologi pengayaan uranium, Suparman mengakui Indonesia belum memilikinya."Ini politis ya, kalau suatu negara punya fasilitas pengayaan (uranium) maka punya kemampuan membuat bom nuklir. Kita blum punya pengayaan karena kita belum punya PLTN," katanya."Kalau PLTN sudah di atas 8 atau 10 (unit), secara ekonomi kita bisa membuat bahan bakar nuklir. Kita memang punya buat bahan bakar nuklir tapi baru skala riset," pungkasnya.