Tangis Erwin Abdullah di Olimpiade Athena hingga terharu di Tokyo 2020. Mantan lifter nasional Erwin Abdullah menangis di Olimpiade Athena namun tangis haru terjadi di Olimpiade Tokyo 2020.
Mantan lifter nasional andalan Indonesia Erwin Abdullah kehabisan kata-kata saat menyaksikan putra semata wayangnya Rahmat Erwin Abdullah mengalungi diri dengan medali perunggu di Tokyo International Forum, Rabu (28/07) malam.Rahmat Erwin Abdullah berhasil meraih medali perunggu di Olimpiade 2020 Tokyo Jepang. Rahmat sangat bahagia karena berhasil meraih medali dalam debutnya Olimpiade Tokyo 2020, multievent terakbar paling bergensi sedunia.Keberhasilan Rahmat jelas membuat sang ayah Erwin Abdullah mengaku bangga dengan kiprah putranya. Penampilan Rahmat yang membukukan angkatan total 342kg (snatch 152kg dan clean&jerk 190kg) di Grup B kelas 73kg putra, berhasil mengantarkannya ke podium ketiga.Medali emas rebut lifter China Shi Zhiyong yang membukukan total angkatan 364kg (snatch 166kg dan clean&jerk 198kg). Sementara medali perak diraih lifter Venezuela Mayora Pernia Julio Ruben dengan total angkatan 345kg (snatch 156kg dan clean&jerk 190kg).Erwin mengatakan di balik kegembiraannya melihat sang putra sukses di Tokyo, ia sempat teringat kenangan pahit yang dialaminya 17 tahun lalu. Tepatnya ketika Rahmat, buah hatinya dengan mantan lifter nasional putri Ami AB, baru berusia 4 tahun.Erwin kala itu terpilih memperkuat Kontingen Indonesia di Olimpiade 2004 Athena. Perasaan bahagia tentu saja menyelimutinya saat tiba di Yunani. Namun, kebahagian itu berubah menjadi air mata takala Erwin tidak bisa tampil akibat cidera tulang pinggang bagian belakang.Kala itu, cerita Erwin, dirinya dihadapkan dua pilihan, tetap memaksa tampil di Olimpiade atau tidak. Ia gelisah bukan kepalang setelah Tim Dokter Olimpiade melarangnya tampil. Sebab, cidera Erwin parah dan berpotensi mengakibatkan dirinya lumpuh total seumur hidup jika tetap memaksakan kehendak tampil. Akhirnya, dia memilih untuk tidak tampil dengan pertimbangan keluarga dan masa depan."Tampil di Olimpiade itu kan impian seluruh atlet karena multi event itu merupakan tujuan akhir yang paling membanggakan bagi semua atlet. Sungguh menyedihkan. Saya tidak bisa tampil padahal saya sudah berada di Athena. Makanya, saya menangis dan meneteskan air mata menyesali apa yang terjadi," cerita Erwin.Meski hatinya sebagai seorang lifter sangat ingin tampil di ajang Olimpiade, namun masa depan anak dan istrinya bisa terancam bahaya apabila dia benar benar lumpuh total. Alasan inilah yang membuat dirinya berlinang air mata karena tidak bisa tampil di Olimpiade 2004 yang sudah didepan mata."Saya terpaksa mengikuti anjuran dokter untuk tidak tampil karena saya memang tidak ingin mengalami kelumpuhan. Saya juga mendengar nasehat pers atase Kontingen Indonesia (Olimpiade 2004, Linda Wahyudi) tentang perlunya memikirkan masa depan anak dan Istri. Di situ, saya terbayang wajah istri dan Rahmat yang masih kecil. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib keluarga jika saya tetap memaksakan diri tampil," tambah Erwin Abdullah.Kini, keikhlasan Erwin melepas kesempatan emas didepan mata untuk tampil di ajang Olimpiade itu terbayar. Erwin yang menjadi pelatih Tim Nasional (Timnas) Angkat Besi Indonesia menyaksikan langsung anak semata wayangnya naik ke atas panggung bersama sang juara Shi Zhiyong asal China dan peraih medali perak lifter Venezuela Mayora Pernia Julio Ruben.Saat Erwin menyaksikan putranya Rahmat dikalungi medali perunggu, perasaan terharu dan bahagia pun menyelimuti hatinya dan tangis haru melihat prestasi anaknya."Di Olimpiade 2004 Athena, saya tidak bisa naik panggung. Tapi di Olimpiade 2020 Tokyo, Rahmat menggantikan saya naik panggung dan menyumbangkan medali perunggu. Di Athena, saya menangis, Tetapi, di Tokyo, saya terharu melihat anak saya mewujudkan mimpi saya. Kebahagian saya dan istri semakin lengkap karena Rahmat meraih perunggu, di luar ekspetasi saya karena sekadar menargetkan delapan besar," kata Erwin.
Erwin Abdullah Mulai Melatih Putranya Rahmat Sejak Usia 8 Tahun Mantan lifter nasional Erwin Abdullah sudah mengenalkan angkat besi kepada Rahmat sejak usia 8 tahun. Ternyata respon sang putra juga menyukainya, bahkan Rahmat tetap mau ketika diajak berlatih dengan peralatan seadanya dengan temaram lampu nelayan di Stadion Mattoangin, Makassar, Sulawesi Selatan."Saya masih teringat Rahmat di saat awal berlatih pernah berkata, Rahmat mau seperti bapak yang bisa bertanding di dalam negeri dan di luar negeri. Rahmat mau merasakan apa yang pernah bapak rasakan di angkat Besi dan Rahmat juga mau merasakan apa yang bapak tidak pernah merasakan selama menjadi lifter angkat besi. Kata-kata itu kembali teringat," tambah Erwin Abdullah.Rahmat kini telah merasakan apa yang tidak pernah dirasakan Erwin. Di Olimpiade 2020 Tokyo, Rahmat bukan hanya mampu memperbaki rekor di semua angkatannya tetapi dia juga menyumbangkan medali perunggu seperti yang diraih lifter muda, Windy Cantika di kelas 49kg putri.Dalam pertandingan itu, Rahmad mencatat total angkatan 342kg (snatch 152kg dan clean&jerk 190kg). Hasi ini melampaui hasil yang pernah dicatat Rahmat pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi di Uzbekistan, April lalu. Saat itu, Rahmat mencatat Total angkatan 335kg (snatch 148kg dan clean&jerk 187kg).
Baca Juga :
