Menteri BUMN Erick Thohir Pastikan Ketersediaan Obat Covid-19 hingga September 2021

Menteri BUMN Erick Thohir Pastikan Ketersediaan Obat Covid-19 hingga September 2021 (Foto Dok. Tangkap Layar Webinar)
Menteri BUMN Erick Thohir Pastikan Ketersediaan Obat Covid-19 hingga September 2021 (Foto Dok. Tangkap Layar Webinar) (Foto : )
Menteri BUMN Erick Thohir memastikan ketersediaan obat Covid-19 produksi dalam negeri hingga September 2021.
Hal itu disampikan Erick Thohir dalam konferensi pers virtual usai Ratas dengan Presiden Joko Widodo di Jakarta, Senin (26/7/2021)."Untuk obat-obatan, sampai September, karena kita proyeksi dua bulan ke depan. Kita fokus ke apotek yang dikelola BUMN, order dari Kementerian Kesehatan, keperluan 'holding' RS BUMN. Serta paket dua juta yang BUMN suplai ke TNI untuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)," kata Erick.Ditambahkan Erick Thohir, suplai dari BUMN itu di luar apotek dan RS swasta, serta pabrikan lainnya."Suplai itu di luar apotek dan RS swasta, karena sebagai catatan yang produksi obat oseltamivir tidak hanya dari kami BUMN oleh Indofarma. Tapi juga banyak dari perusahaan swasta seperti Amarox, Etana, Biotik, Kalbe Farma, Roche, dan Sampharindo," ucap Erick.Sedangkan Azithromycin juga banyak perusahaan yang memproduksi, seperti Hexpharm Jaya, Bernofarm dan lainnya."Jadi, yang kami fokuskan ke Kemenkes, kebutuhan apotek BUMN, RS BUMN dan (paket bantuan obat) yang dua juta," katanya.Erick juga menyampaikan angka ketersediaan obat per 31 Juli 2021, yaitu:- Azithromycin 980 ribu- Zinc 1,2 juta- Paracetamol 2,3 juta- Vitamin C 7,6 juta- Vitamin D 1,6 juta- Oseltamivir 7,7 juta- Favipiravir 4 juta- Avicov 1,5 juta"Agustus terus kita lanjutkan, jadi secara produksi akan terus kita tingkatkan, bagaimana kita jaga di lapangan," ujarnya.Erick juga membuat mekanisme untuk mencegah penimbunan obat di lapangan."Kita perketat juga, sehingga tidak ada penimbunan saat beli. Kita kuotakan dan sesuai resep dokter, karena kita takut ada 'loop hole'. Tentu kita tidak menyalahkan siapa-siapa, misalnya tiba-tiba ada satu orang bisa beli dalam jumlah besar. Itu kita jaga agar di apotek atau sesuai dengan kebutuhan rumah sakit atau Kemenkes," pungkas Erick.