AS Buru-buru Hentikan Sementara Penggunaan Vaksin Johnson & Johnson, Penyebabnya?

vaksin johnson & johnson reuters
vaksin johnson & johnson reuters (Foto : )
Otoritas kesehatan federal Amerika Serikat (AS) menyerukan penghentian segera penggunaan vaksin Johnson & Johnson untuk sementara waktu. Apa yang menjadi penyebabnya?
Badan-badan kesehatan federal Amerika Serikat (AS) pada Selasa (13/4/2-21) menyerukan penghentian segera penggunaan vaksin Covid-19 buatan Johnson & Johnson.Ini dilakukan setelah enam penerimanya di AS mengalami gangguan kesehatan langka, yaitu mengalami pembekuan darah sekira dua minggu pasca divaksinasi.Keenam penerimanya adalah perempuan berusia antara 18 dan 48 tahun. Seorang di antaranya meninggal dunia dan perempuan kedua di Nebraska telah dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis."Kami merekomendasikan jeda dalam penggunaan vaksin ini karena perlu berhati-hati. Saat ini kejadian buruk tampaknya sangat jarang terjadi," kata Peter Marks, Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi, Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) serta Anne Schuchat, Wakil Direktur Utama Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
Langkah itu ditujukan sebagai rekomendasi untuk praktisi kesehatan di negara-negara bagian. Pejabat federal berharap pejabat kesehatan negara bagian akan menganggap itu sebagai sinyal kuat untuk melakukan hal yang sama.Dalam waktu dua jam setelah pengumuman, Gubernur Ohio Mike DeWine menyarankan semua penyedia kesehatan di negara bagiannya untuk sementara berhenti memberikan suntikan Johnson & Johnson. Negara Bagian New York dan Connecticut  juga mengikuti langkah serupa.Sejauh ini sudah 7 juta warga AS yang telah menerima suntikan vaksin Johnson & Johnson. Berbeda dengan vaksin lainnya yang memerlukan dua dosis, penerima vaksin Johnson & Johnson cukup mendapat satu dosis suntikan saja.Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, lebih dari 9 juta dosis vaksin Johnson & Johnson telah dikirim ke  berbagai negara bagian.Menurut pihak Gedung Putih, stok vaksin Johnson & Johnson akan diganti dengan vaksin buatan Pfizer dan Moderna. VOA Indonesia