Menpora: Setiap Cabor Harus Berkomunikasi Intensif dengan Federasi Internasional

Menpora : Setiap Cabor Harus Berkomunikasi Intensif Dengan Federasi Internasional
Menpora : Setiap Cabor Harus Berkomunikasi Intensif Dengan Federasi Internasional (Foto : )
Pemerintah meminta kepada setiap cabang olahraga (cabor) selalu berkomunikasi intensif dan jelas dengan federasi internasional masing-masing setiap kali akan mengikuti kejuaraan internasional.
Berkaca dari kasus kontingen Indonesia dipaksa mundur dari kejuaraan All England 2021, Menteri Pemuda dan Olahraga meminta setiap cabang olahraga berkomunikasi intensif dengan federasi internasional setiap kali mengikuti kejuaraan internasional."Ini menjadi catatan kita dan akan kami sampaikan kepada pimpinan-pimpinan federasi nasional, untuk berkomunikasi terus-menerus dengan federasi internasionalnya agar hal serupa seperti di bulu tangkis ini tidak terjadi lagi," kata Menpora.Ia berharap kejadian atlet-atlet bulutangkis Indonesia yang gagal ke All England supaya benar-benar ditelusuri dan Federasi Bulu Tangkis Internasional (BWF) juga harus memberikan atensi yang sama.Ini seperti yang terjadi pada cabang olahraga lain, seperti sepakbola yang dinilaiĀ  FIFA sangat serius berkomunikasi dengan tempat penyelenggaraan."Sebab, jika kita sudah persiapkan dengan baik dan semua sudah oke, tapi muncul hal seperti ini, pasti akan muncul demoralisasi dari pelatih, pemain bahkan mungkin dari keluarga," kata Menpora."Saya sangat menyayangkan atas apa yang dialami oleh tim bulutangkis kita. Hal ini tidak boleh terulang lagi. Oleh karena itu kita harus memastikan kejadian sebenarnya seperti apa," lanjutnya.Terlebih Kemenpora sudah menempatkan cabang olahraga bulutangkis di rangking pertama 14 cabor unggulan dalam desain besar olahraga nasional.Oleh karena itu Menpora mewanti-wanti adanya demoralisasi akibat dari perlakuan tidak adil BWF terhadap tim bulutangkis Indonesia."Di dalam desain besar olahraga nasional, kami tempatkan 14 cabor unggulan. Dan bulutangkis ini dirangking pertama. Kalau setiap kita bertanding mendapatkan perlakuan tidak adil seperti ini, itu akan berakibat kepada demoralisasi dari pelatih, dari pemain, bahkan mungkin dari keluarga," sambungnya.