Resensi Novel DBdK2: ‘Gitasmara Semesta' Karya Akmal Nasery Basral

Resensi Novel DBdK2: ‘Gitasmara Semesta' Karya Akmal Nasery Basral
Resensi Novel DBdK2: ‘Gitasmara Semesta' Karya Akmal Nasery Basral (Foto : )

Membaca DBdK 2 seperti membawa kita kepada dunia penuh ‘terowongan makna’. Semakin jauh kita membaca, kita disajikan Akmal bukan hanya pada kisah cinta klasik antara lelaki-perempuan (dengan dinamika pengorbanan dan pengkhianatan), juga pada kisah cinta antara manusia dengan Tuhan, kisah cinta ibu dan anak, kisah cinta warga negara kepada bangsanya, sehingga seakan menjadi kumpulan kisah (lagu) cinta yang bisa kita temukan di seluruh penjuru dunia.

Apakah itu sebabnya mengapa Akmal memberi anak judul DBdK 2 sebagai Gitasmara Semesta. Saya tidak tahu pasti. Tetapi dugaan saya kata “Gitasmara” (karena baru pertama kali saya dengar/baca) adalah gabungan antara “gita” dan “asmara” atau “lagu cinta”. Sehingga “Gitasmara Semesta” adalah “lagu cinta alam semesta”, yang menurut saya memang dengan tepat menggambarkan kisah novel ini.

Bagi pembaca yang bosan dengan kisah cinta tipikal dalam genre romance ala sinetron atau film-film hiburan, saya sangat rekomendasikan untuk membaca dwilogi DBdK ini. (Tentu saja bagi yang belum baca novel pertama jangan langsung baca DBdK 2 karena bisa tersesat dalam hutan konflik dan problematik yang tergambar pada novel pertama).

Akmal berhasil menyajikan kisah yang membuat saya memikirkan ulang tentang “cinta”, tentang “kenangan”, dan tentang “kenangan cinta”. Misalnya melalui kalimat yang diucapkan ini, “Sebab tidak semua kenangan terlarang untuk diingat.

Ada kenangan yang bahkan harus terus dirawat.” (hal. 471). Terakhir, saya sebagai konsultan finansial, ingin menyampaikan bahwa seluruh pengeluaran keuangan kita pada prinsipnya hanya menjadi salah satu dari dua hal ini: menjadi modal investasi atau menjadi beban konsumsi.

Membaca dwilogi DBdK ini bagi saya adalah sebuah investasi karena banyaknya pelajaran hidup dan renungan moral dari kisah hidup Jo dan para perempuan dalam hidupnya, tanpa kita harus mengalami semua itu satu per satu. Sebab mengutip pendapat orang-orang bijak, “Orang pintar adalah mereka yang belajar dari pengalaman sendiri, sedangkan orang bijak adalah mereka yang belajar dari orang lain.”