Keperawanan dalam Komedi Saru di Negeri Tidak Lucu

Keperawanan dalam Komedi Saru di Negeri Tidak Lucu
Keperawanan dalam Komedi Saru di Negeri Tidak Lucu (Foto : )
Urusan selangkang kembali jadi obrolan. Urusan keperawanan jadi serum suntik mati. Mereka yang tidak perawan harus mati. Dituding tidak berprestasi. Harus pergi dari Peler (pemusatan latihan atlet negeri). Diintimidasi dulu! Dipulangkan paksa pada akhirnya! Sedang sakit apa manusia di negeri ini?
Begini alkisahnya … Di negeri seberang lautan sana hendak dihelat lomba ketangkasan raga. Rencananya mulai Sabtu 30 November 2019 – Rabu, 11 Desember 2019 menurut perhitungan matahari yang dihitung sejak lahirnya Sang Masiha di Bethlehem sana. Helat akbar ini akan diikuti negeri-negeri tetangga yang berada dalam kawasan tenggara benua tengah. Negeri-negeri tenggara itu membentuk perkumpulan arisan. Bukan seperti arisannya para emak. Arisan olah raga. Tarikannya setiap dua tahunan. Kali ini negeri
Tagalog menjadi tuan rumahnya. Undangan dijawab negeri-negeri searisan. Pasukan tangkas raga dikirim bertandang. Nun di selatan ada negeri Bhinnekaloka. Negeri yang tiada pernah miskin kontroversi. Pasukan tangkas raga digembleng di Peler (Pemusatan Latihan Atlet Negeri). Para pelatihnya menjadi orang penting. Demi busung dada negeri. Ada pelatih yang rendah hati. Ada pula yang jumawa. Intinya pasukan tangkas raga memenangi medali emas. Negeri Bhinnekaloka meraih juara umum “Lomba Tangkas Raga Kawasan Tenggara Benua Tengah 2019”. Namun di sela-sela persiapan, warga negeri Bhinnekaloka heboh! Ada kabar Shalfa Avrila Siani (17) dipulangkan paksa dari Peler di Gerwarase! Dia seorang atlet senam artistik. Tuduhannya serius! Sudah tidak perawan! Tidak ikut ke negeri seberang lautan karena tidak perawan! Kabar ini pun mendadak viral!

Gerwarase adalah sebutan Gresik pada masa lampau. Tertulis dalam Babad Hing Gresik. Kota ini sudah ada sejak 1387 M dan tertulis dalam prasasti Karang Bogem. Bangsa Belanda menyebut kota ini Gerrici namun banyak dokumen tertulis mencatatnya Grissee. Ini bisa ditemukan di kantor dagang VOC di Kampung Kebungson, Gresik. Serat Centini sebuah karya sastra abad ke-19 menyebutnya Giri-Gresik. Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java menyebut Giri-Gisik (tanah di tepi laut/pesisir) yang kemudian berubah menjadi Giri-Sik dan akhirnya menjadi Gresik.

Menteri Tangkas Raga Negeri Bhinnekaloka tergopoh-gopoh mengklarifikasi. Katanya, alasan pemulangan bukan karena soal keperawanan, tapi karena tidak disiplin dan tidak berprestasi selama masa konsentrasi pelatihan persiapan. Helllooowww … Percaya? Tidak! Soal anulir terkait keperawanan ini banyak direspons negatif. Gila saja kalau penilaian prestasi hanya berdasar keperawanan! Alat ukur yang mengada-ada! Absurd! Ini bukan rumah bordil. Ini adalah pemusatan latihan tangkas raga. Jika ukurannya adalah keperawanan maka jelas jauh dari penghargaan atas harkat dan martabat perempuan. Masalah prestasi yang seharusnya menitikberatkan pada keahlian dan kemampuan direduksi menjadi hal yang sangat tidak berkorelasi dan cenderung melanggar hak pribadi seseorang. Anulir Keprawanan Sebentar, sabaaarrr … ceritanya gimana sih? To the point saja, pakai bahasa Indonesia! Jangan pakai bahasa Bhinnekaloka! Usut punya usut ceritanya begini Shalfa Avrila Siani, atlet senam artistik, diusir dari mess pelatihan nasional (pelatnas). Shalfa sebelumnya mendapatkan intimidasi dari pelatihnya yang bernama Retno dan Erna selama berada di Pelatnas. Intimidasinya untuk mengakui bahwa Shalfa tidak perawan! Pada 13 November 2019 orang tua Shalfa Avrila Siani, atlet senam artistik, mendapatkan telepon dari pelatih bernama Irma agar segera membawa pulang Shalfa. Berangkatlah mereka dari Kediri menuju mess pelatnas di Gresik. Ibunda Shalfa tiba di mess sekitar pukul 24.00 WIB malam. Anehnya tidak ada pelatih yang mendampingi Shalfa saat itu. Penyerahan Shalfa kepada orang tuanya pun tidak disertai surat-surat resmi. Sesudah kejadian, Shalfa dibawa orang tuanya melakukan tes keperawanan di dokter kandungan Rumah Sakit Bhayangkara, Kediri. Hasilnya tidak seperti yang ditudingkan pelatih. Selaput dara masih utuh! Sang ibu, Ayu Kurniawati kembali menghubungi tim pelatih namun hasilnya nihil. Pelatihnya minta dites lagi di Rumah Sakit Petrokimia, Gresik. Aneh! [caption id="attachment_255254" align="alignnone" width="640"]Keperawanan dalam Komedi Saru di Negeri Tidak Lucu Surat hasil pemeriksaan keperawanan Shalfa dari RS Bhayangkara, Gresik. (Foto: polhukam.id)[/caption] Shalfa termasuk atlet berprestasi. Belum lama ini Shalfa menyabet medali perunggu dari ASEAN School Games di Singapura loh! Sssttt … mau nanya, kalau saya mau diikutkan SEA Games 2019 mesti bayar gak sih? Keadilan Gender Kejadian yang dialami Shalfa tentu memunculkan trauma. Sekaligus pula menggugurkan harapan prestasi Shalfa muda. Bibit atlet berharga ini harus layu sebelum berkembang karena ada pelatih yang sok berperan sebagai penjaga moral. Memprihatinkan! Ini adalah pelecehan yang melanggar keadilan gender! Apakah memang ada regulasi yang mengatur soal keperawanan seorang atlet? Tidak! Pertanyaannya, apakah para pelatih itu moralnya lebih baik dari Shalfa? Belum tentu! Para pelatih menuding Shalfa sering keluar malam. Lalu dituding tidak perawan. Tentunya ini tudingan serius! Soal ketidakperawanan anak muda seringkali dikait-kaitkan dengan seks bebas atau perzinahan. Nih, ada kisah menarik:

Saat Yesus berada di tempat ibadah Yahudi, datanglah para Ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka menyeret seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina ke hadapan Yesus. Mereka hendak mencobai-Nya, “Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Yesus berdiri lalu berkata pada mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. Tetapi setelah mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang mulai dari yang tertua … —Yohanes 8:5-9

Komedi Saru Negeri Tidak Lucu Beberapa tahun lalu, negeri Bhinnekaloka digemparkan hasil riset Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) pada tahun 2002. Mereka menyatakan hampir 97,05 persen mahasiswi Yogyakarta tidak perawan. Tahun 2012, isu juga masih sama, soal selangkang! Hasil penelitian mahasiswa UIN bernama Dharma Putra berjudul “70% Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Sudah Tidak Perawan”. Keduanya punya persoalan validitas riset maupun validitas data dan tentunya sampling responden. Kontroversi isu keperawanan juga pernah mencuat di Sumatera Selatan tahun 2013. Ada rencana pemberlakuan tes keperawanan untuk semua siswi sekolah di kota Prabumulih. Pertimbangannya fenomena perilaku seks bebas makin marak di kota itu. Masih sebatas rencana namun isu ini telah memancing kontrovesi. Kenapa harus perempuan? Persoalan moralitas publik dan tubuh perempuan hanya berkembang pada negeri yang tidak lucu dan warganya juga tidak lucu. Pernahkah ada tes keperjakaan? Mikiiirrr … (*) Baca juga: Perawan Iya, Bengal Iya! Nah, Shalfa Dipecat dari SEA Games!