Liburan Sambil Kerja di Australia Ternyata Tak Seindah yang Dibayangkan

pemetik buah di aussie
pemetik buah di aussie (Foto : )
Di pertanian pertama tempatnya bekerja, menurut Winnie Phillips, jadwal bekerjanya diatur sehari sebelumnya."Beberapa kali saya mengalami gangguan. Saya bahkan tidak bisa tidur, karena ketidakpastian apakah bisa bekerja di hari berikutnya," ujarnya.Di pekerjaan berikutnya, Winnie tidak diberitahu siapa pemilik pertanian itu selama berminggu-minggu."Kami tidak bisa mengetahui siapa namanya," katanya.Setelah terus mendesak soal ini, mereka akhirnya diberitahu nama depan pemilik pertanian itu.[caption id="attachment_245337" align="alignnone" width="900"]
Winnie Phillips (kiri) saat mengikuti liburan sambil kerja di Australia (Foto: Winnie P)[/caption]Winnie mengaku manajernya juga menolak memberikan slip gaji dan dokumen pendukung untuk menyelesaikan aplikasi visanya. Padahal, katanya, saat itu visanya tinggal waktu dua minggu lagi habis."Saat itu saya sangat terpukul. Saya sangat menginginkan slip gaji itu, supaya saya bisa tinggal di sini," katanya.Rekan-rekan pekerja WHV dari negara-negara yang tidak berbahasa Inggris, kata Winnie, bahkan lebih kesulitan lagi untuk slip gaji dari tempat kerjanya.Ketika akhirnya menyelesaikan waktu 88 hari di sana, katanya, dia pun mencoba pergi dari pertanian itu."Pemilik pertanian melarang saya pergi, karena katanya masih lebih pekerjaan yang harus saya lakukan," katanya.Tapi Winnie menghubungi temannya untuk menjemput dia dan mengantarnya ke stasiun kereta, meninggalkan Caboolture untuk selamanya.Kini, dia mengingatkan pekerja WHV yang akan bekerja di pertanian di wilayah regional Australia agar membangun jaringan."Tetap bersama-sama dan pastikan kamu ada nomor telepon yang bisa dihubungi jika merasa tidak aman," katanya.

Kisah wanita dari AS

Kisah kehidupan pemegang WHV yang tak seindah yang dibayangkan juga dialami Casey Smith asal Nashville, AS, yang menghabiskan 88 hari bekerja di sebuah pub di Cloncurry, Queensland.Wanita berusia 31 tahun ini mendapat bayaran per jam, tapi dia rutin mendapatkan pelecehan verbal."Bagian terburuk yang saya alami yaitu pada cara majikan mengajak saya bicara," ujarnya kepada ABC.Menurut Casey, majikannya itu tahu persis bahwa dia membutuhkan pekerjaan, dan hal itu memengaruhi caranya memperlakukan Casey."Mereka tahu betul bahwa kita ada di sana demi mendapatkan visa. Mereka memanggil dengan cara merendahkan. Saya bahkan dipanggil bodoh, dimarahi, diteriaki, diancam untuk dipecat," kata Casey.Menurut Casey, banyak pekerja asing yang saat itu bekerja di Cloncurry, yang dia sebut memiliki budaya pelecehan."Bekerja sebagai bartender Anda akan mengalami pelecehan seksual sehari-hari yang sudah biasa. Di Queensland, setidaknya di tempat kerjaku, tidak ada aturan sama sekali," kata Casey.Dia mengaku dilarang untuk mengusir orang dari bar, karena pelanggan yang melakukan pelecehan sekalipun tetaplah pelanggan yang harus dihargai."Orang-orang gampang emosi, dan kami hanya diminta untuk menerimanya," katanya.[caption id="attachment_245338" align="alignnone" width="900"] Pekerja WHV disarankan menjalin pertemanan dengan pekerja WHV lain agar dapat saling bantu (Foto: Winnie P)[/caption]Para pekerja WHV ini, kata Casey, sudah paham bahwa jika mereka mempersoalkan apa yang terjadi, hal itu merugikan pekerjaan mereka.Dengan pengalaman seperti ini, Casey pun tidak ingin lagi melanjutkan masa tinggalnya di Australia di tahun ketiga.Padahal, terhitung sejak bulan Juli lalu, Pemerintah telah memperpanjang visa WHV menjadi tiga tahun, dengan syarat harus bekerja di wilayah regional selama enam bulan."Hal itu bagus buat perekonomian Australia, tapi saya rasa para pengusaha hanya memanfaatkannya. Saya rasa orang Australia sama sekali tidak tahu bagaimana kami diperlakukan," kata Casey lagi.