Video Rekaman Tahun 1941, Surabaya Serasa di Eropa

Video Rekaman Tahun 1941, Surabaya Serasa di Eropa (Foto : Tangkap Layar)

Antv – Sebuah video yang memperlihatkan suasana kota Surabaya, Jawa Timur, tahun 1941, yang dibagikan oleh akun Instagram @sabdaperubahan, Jumat (20/1/2023), terlihat pemandangan yang cukup indah.

Dalam video yang dibagikan itu, tampak suasana Kota Surabaya dengan segala aktivitasnya di tahun 1941.

Terlihat moda transportasi trem atau kereta api, melintas diantara lalu lalang manusia.

Tampak pula deretan toko-toko dan restoran di zaman itu, yang terlihat sudah sepeti modern dan bisa jadi tergolong kelas elit pada masanya itu.

Video langka tersebut lamntas mengundang banyak komentar warganet dengan beragama curahan hati mereka.

"Toko NAM, masi bertahan do th 90-an, trus ganti tunjungan plaza," tulis akun @tonny_soetedjo.

"Berbanding terbalik , jaman dahulu tertata rapi terkesan modern , dan di jaman moderen malah kumuh tak beraturan ...," kata akun @riko_alkanda.

"Yang tidak ditampilkan di video ini adalah bagaimana penyiksaan penjajah kepada para pribumi, pembagian warga negara menjadi 3 kelas : eropa, asia, dn pribumi. Pribumi menjadi kelas paling bawah di jaman itu," ujar akun @alylancar.

"Sepertinya cara berlalulintas dl lebih ok drpd sekarang walaupun ada jalur Tram Listrik, tapi kenapa malah tram-nya jadi dihilangkan ya bukan dilakukan peremajaan." komen akun @slametsyaifulloh.

"Kata nenekku dulu dia berangkat kerja jalan kaki dari gubeng ke banyu urip udah biasa dan ga cape kalo diliat dari video ini kayanya banyak jg jaman dulu yg jalan kaki," curhat akun @rawrrrh_.

"Terlepas dri semua kenangan buruk di masa penjajahan, tapi serius view nya lebih elegan dari pada jaman sekarang…" ujar akun @fauzia_a.fitra.

Diketahui, Surabaya merupakan salah satu kota tertua yang ada di Indonesia. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa nama kota ini telah ada pada tahun 1293 M, pada saat Raden Wijaya berhasil menang atas pasukan Tar-tar Cina.

Sehingga untuk mengabadikan momen kemenangannya tersebut Raden Wijaya membuat tanda kemenangan (JayaChina) yang berupa pergantian dari nama Hujunggaluh menjadi Curabhaya.

Hal ini juga dikuatkan oleh tulisan seorang historiograf Belanda G.H. Von Faber, yang mana menurut pendapatnya, Surabya atau Hujunggaluh adalah nama sebuah desa yang berada pada muara sungai Kali Mas, yang di pimpin oleh seorang Rama (Kepala Desa).

Surabaya dalam dekade-dekade akhir masa pemerintahan kolonial Belanda, keberadaan kota Surabaya merupakan hasil dari suatu sejarah yang panjang dan kompleks.

Belanda yang mempertahankan kehadirannya sejak awal abad ketujuh belas, tidak melakukan pembedaan penetrasi di sana sampai pertengahan abad kesembilan belas.

Pada tahun 1835 kota ini menjadi pusat kedudukan utama pasukan Belanda, dengan menghancurkan kawasan lama dan memaksa penduduknya yang padat untuk melakukan pemukiman kembali.

Semua orang Jawa, Madura, Bugis, dan orang-orang Indonesia lainnya dipaksa pindah, sementara tempat-tempat di pusat kota di cadangkan bagi orang-Eropa Asia eropa, Cina serta beberapa orang Kristen Indonesia.

Dalam mengganti yang di sebut terdahulu, kota yang khas Asia Tenggara dengan bangunan kayu yang di dirikan berselang-seling pepohonan dan aliran sungai, muncul suatu struktur baru berupa jembatan-jembatan, kanal-kanal, jalan-jalan beraspal serta bangunan bertembok.

Di belakang kawasan yang sempit ini, orang-orang Indonesia Surabaya berusaha membangun kembali lingkungan asal mereka dan menyesuaikan diri dengan arus pendatang baru, terutama buruh kecil dari tempat-tempat yang jauh seperti Rembang, Kediri, dan Banyuwangi.