Emak-Emak Kreatif Ini Mengolah Buah Mangrove Jadi Kerupuk Lezat

Emak-Emak Kreatif Ini Mengolah Buah Mangrove Jadi Kerupuk Lezat (Foto : )

Mangrove di kawasan tepi pantai dikenal sebagai penahan abrasi pantai. Namun ada potensi lain dari tanaman mangrove yang bisa dimanfaatkan menjadi produk kuliner lezat. Salah satunya, kerupuk! Ibu-ibu di kampung nelayan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang berhasil membuat kerupuk dari buah mangrove. Mereka membentuk kelompok Bina Citra Karya Wanita. Menurut ketua kelompoknya, Mufida, hutan mangrove di kampungnya menjadi salah satu kawasan konservasi pesisir Semarang. [caption id="attachment_345443" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Puluhan hektar tanaman mangrove tumbuh subur. Namun ia melihat banyak buah mangrove yang rontok. Sebagian jadi tanaman baru, namun banyak juga yang membusuk. "Ini sebenarnya potensi ya, tapi dari dulu dibiarkan saja, kita pikir sayang sekali. Sebagian memang bisa tumbuh dan sebagian lain jadi humus, tapi sebenarnya itu sudah lebih cukup, apalagi kita juga tanam di sekitar kampung, sehingga kita manfaatkan lebih maksimal," jelas Mufida. [caption id="attachment_345445" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Dari situ Mufida dan ibu-ibu punya ide untuk memanfaatkan buah mangrove ini jadi suatu produk. Berbekal informasi dari literatur dan hasil penelitian instansi maupun perguruan tinggi, ia jadi tahu ternyata buah mangrove bisa dibuat makanan dengan nilai gizi tinggi. Salah satunya adalah kerupuk. [caption id="attachment_345446" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] "Dari sisi ongkos produksi bisa lebih hemat karena bahan baku mangrove tinggal petik saja, tidak usah beli, sehingga secara ekonomi menguntungkan," tambahnya. Meski di kawasan mangrove ada banyak jenis tanaman, lanjutnya, namun yang bisa diolah jadi makanan hanya beberapa saja. "Yang bisa untuk diolah makanan itu yang jenis avicenia dan yang jenis brayung. Selain jadi kerupuk bisa juga diolah jadi bubur, rempeyek, stik, atau bahan campuran roti," tuturnya. [caption id="attachment_345447" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Buah mangrove hasil petik warnanya masih hijau. Setelah direbus akan berubah menjadi coklat tua agak kemerahan. Setelah empuk, kemudian dikupas dan menyisakan daging buahnya saja. Agar komposisi buah mangrovenya pas, sebelum diolah harus ditimbang dulu. Baru kemudian dihaluskan dengan blender. [caption id="attachment_345456" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Bumbu untuk membuat kerupuk mangrove ada bawang, garam, kemiri, dan ketumbar. Bumbu dihaluskan dan dicampur dengan buah mangrove sehingga jadi adonan. Baru setelah itu dicampur dengan tepung tapioka sampai kalis, dibentuk gilig, dan dibungkus daun pisang. [caption id="attachment_345448" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Adonan ini direbus selama setengah jam. Setelah dingin daunnya dilepas dan jadi bahan kerupuk mangrove yang masih basah. Bahan ini lalu dipotong-potong tipis, ditata di atas anyaman bambu, lalu dijemur sampai kering betul. Nah, kerupuk kering ini dikemas dalam plastik dan sudah bisa dijual. Nanti pembelinya tinggal menggoreng di rumah jadi kerupuk renyah siap makan. "Kita beri nama olahan ini dengan Mas Jamang, yang artinya makanan khas Jajanan Mangrove, sudah kita kemas dan ada ijin PIRT dari Dinas Kesehatan," jelasnya sambil mengemas kerupuk dalam plastik. [caption id="attachment_345449" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Soal rasa, tidak kalah dengan kerupuk lain. Malah ini punya rasa yang khas buah mangrove yang mirip-mirip udang. "Rasa kerupuk mangrove ini mirip-mirip kerupuk udang tapi aroma dan taste-nya lebih soft," jelas Mufida. [caption id="attachment_345450" align="alignnone" width="900"] Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Produk kreasi ibu-ibu nelayan ini biasa dipasarkan di pameran-pameran. Banyak juga yang datang ke sini uhtuk penelitian, kunjungan, maupun wisata lalu membeli untuk oleh-oleh. Namun dengan situasi sekarang, mereka lebih fokus menjualnya secara online. Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah