Ribuan Guru Honor Menangis di Depan Pendopo Tuntut Kejelasan Nasib

Ribuan Guru Honor Menangis di Depan Pendopo Tuntut Kejelasan Nasib
Ribuan Guru Honor Menangis di Depan Pendopo Tuntut Kejelasan Nasib (Foto : antvklik-Opi Riharjo)

"Kabupaten Indramayu ini bukan cuma krisis guru, tapi darurat guru. Tapi kenapa yang diangkat cuma 280 orang? Sedangkan kami masih banyak dan siap memajukan pendidikan di Kabupaten Indramayu," cetus Suharjo.

Suharjo menambahkan, para guru honorer yang lulus passing grade P1 PPPK tahun 2021 rata-rata memiliki masa kerja antara tujuh sampai 25 tahun. Mereka selama ini tulus mengabdi, meski dengan penghasilan yang minim. Bahkan, ada yang hanya Rp 175 ribu per bulan. Suharjo mengatakan, jika upaya demo kali ini tak mendapat tanggapan dari bupati, mereka akan ke Jakarta. Meski demikian, mereka tidak akan mogok mengajar.

"Kami adalah guru. Kami tidak akan mengorbankan anak didik kami," tegas Suharjo.

Suharjo menambahkan, saat kampanye tahun 2020, Bupati Nina Agustina yang saat itu masih sebagai calon bupati, telah berjanji akan memberikan tunjangan kepada guru honorer sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Namun setelah menjadi bupati, janji tersebut belum direalisasikan.

"Kami di sini salah satunya untuk menagih janji itu,'' cetus Suharjo.

Selama ini, guru honorer hanya bergantung pada honor yang diberikan pihak sekolah, dengan besaran yang variatif antara 100 ribu rupiah, hingga 300 ribu rupiah setiap bulannya.

Sementara itu, salah seorang guru, Darta Abdul Rouf, mengungkapkan, pemerintah daerah semestinya memperhatikan nasib para guru honorer. Apalagi, mereka telah dinyatakan lulus passing grade P1 PPPK.