Harga BBM Naik, Asosiasi Peternak Telur Mulai Ketar Ketir

Harga BBM Naik, Asosiasi Peternak Telur Mulai Ketar Ketir
Harga BBM Naik, Asosiasi Peternak Telur Mulai Ketar Ketir (Foto : Pixabay)

Antv – Naiknya harga BBM dikhawatirkan akan diikuti oleh kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya, termasuk telur.

Ketua Presidium Perhimpunan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso mengakui akan hal tersebut.

"Kami adalah usaha di bidang peternakan di hilir pasti (naiknya harga) BBM ini akan membawa dampak tetapi kami tidak bisa memprediksi seberapa besar sebelum pemerintah ini mengevaluasi kenaikan. Artinya mengevaluasi mungkin pemerintah sudah punya cara-cara tersendiri untuk mengatasi kenaikan-kenaikan yang ditimbulkan oleh BBM," katanya di Fakultas Peternakan UGM, Senin (5/9/2022).

Dijelaskan Yudianto, pemerintah juga harus menghitung ulang harga acuan pembelian/penjualan (HAP) telur yang sudah ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional (NFA). Saat ini batas terendah HAP telur di tingkat peternak adalah Rp22.000 dan batas tertinggi Rp24.000.

Namun harga acuan penjualan itu keluar sekitar akhir Agustus 2022, atau saat harga BBM belum dinaikkan. Oleh karena itu pemerintah juga harus mengatur mekanisme terkait hal tersebut.

"Nah ini seperti tadi saya sampaikan bahwa (mekanisme) ini keluar, BBM-nya naik. Nah ini apakah nanti relevan. Padahal BBM naik pasti angkutan pun naik, angkutan bukan angkutan di pihak kami, pihak kam pun juga naik tetapi bahan baku pun juga naik, semuanya juga naik," ujarnya.

Peternak, lanjut Yudianto, memiliki penghitungan sendiri terkait harga telur yang dianggap wajar. Sebab harga telur sangat dipengaruhi oleh harga pakan, harga DOC (day old chicken), dan lainnya.

"Kami punya perhitungan tersendiri yang selalu kami perjuangkan yaitu 3,5 kali pakan. Artinya 1 kilo telur itu dibuat oleh 3,5 kali pakan. Nah ini yang selalu kami perjuangkan," ungkap Yudianto.

Dalam hitungan kasar, jika harga telur dipatok Rp 22.000 - Rp 24.000 per kilogram, maka harga jagung di tingkat peternak adalah Rp 5.000. Kemudian harga DOC antara Rp9.000 - Rp11.000.

Namun Yudianto menyebut hal itu tidak bisa dilaksanakan karena harga jagung masih di kisaran Rp9.000, dan harga DOC Rp17.000.

"Jadi kami sebetulnya kami peternak tidak pernah untuk menentukan mematok harga tertentu, karena seperti tadi sekali lagi saya garis bawahi peternak tetap mempunyai perhitungan harga telur itu tiga setengah kali harga pakan. Peternaknya harus turun tetapi biaya produksi kami tidak turun," terangnya.

Pihaknya berharap pemerintah bisa melakukan sejumlah langkah untuk mencegah naiknya harga telur terlalu banyak.

"Jadi jangan sampai kenaikannya ini terlalu berlebihan. Maka kalau semua kenaikannya ini akan berlebihan tentunya juga akan memukul produksi kami. Otomatis akan memukul produksi kami karena kami ada di hilir," pungkasnya.