Danarto Berpulang, Indonesia Kehilangan Sosok Sastrawan Penting

RIP-anies baswedan
RIP-anies baswedan (Foto : )
Kepergian salah satu cerpenis terbaik Indonesia, Danarto, meninggalkan banyak kenangan. Bagi politikus Partai Gerakan Indonesia Raya, Fadli Zon, Danarto juga yang mengajaknya bergabung di majalah sastra
Horison
pada 1992. Danarto, menurut Fadli, adalah sosok seniman yang komplet. "Beliau sangat total dalam berkesenian." Fadli juga mengaku sangat kehilangan dengan kepergian Danarto. Dia menuturkan bahwa sudah sejak SMA mengenal dan mengagumi seniman tersebut. Sedangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang juga merasa kehilangan menilai sosok Danarto adalah sastrawan yang hebat. "Pak Danarto itu seorang penulis cerpen yang karyanya suka saya baca. Kontemplatif, kemudian sufistik tulisan-tulisannya, dan menarik. Ada konteks sosiologi konteks sejarah yang kaya dalam tulisan dia." [caption id="attachment_94165" align="alignnone" width="300"]Sastrawan Danarto berpulang setelah menjadi korban kecelakaan sepeda motor.[/caption] Menurut Anies, meski Danarto telah berpulang, karya-karyanya akan langgeng. Cerpen-cerpennya selalu membawa nilai dan kaya dengan konteks sosial, sejarah, dan pesan-pesan ilahi. “Itu menjadi pesan langgeng untuk dinikmati sebagai karya sastra, dan untuk menjadi refleksi dalam ikhtiar memajukan bangsa.” Sementara itu, kritikus sastra Maman S Mahayana dalam akun media sosialnya menyatakan bahwa dunia sastra Indonesia kehilangan sosok sastrawan penting negeri ini. “Kita sungguh berduka! Indonesia berbela sungkawa! Kini kita hanya dapat bertegur sapa dengannya lewat sejumlah cerpennya yang menginspirasi.” Maman S Mahayana juga mengungkapkan bahwa Danarto adalah sastrawan yang tawaduk dan rendah hati. Ada sebuah kisah yang diingatnya tentang Danarto. “Saya lupa nama mahasiswa itu. Ia kelimpungan mencari cerpen-cerpen karya pemenang Nobel dari Mesir: Naguib Mahfudz untuk bahan skripsinya. Saya merekomendasikan nama Danarto. Mereka pun saling mengontak—tentu lewat telepon kantor atau rumah. Mahasiswa itu memohon agar Danarto meminjamkan buku karya Naguib Mahfudz itu. Ia akan mengembalikannya selepas difotokopi. Keduanya sepakat bertemu di satu tempat pada jam tertentu. Danarto datang lebih awal.Lebih satu jam Danarto menunggu si mahasiswa. Ia cemas, khawatir ada sesuatu menimpa mahasiswa itu. Untunglah ia punya alamat tempat kosnya. Maka, Danarto pun meluncur ke sana. Sampai di alamat yang dituju, mahasiswa itu tergolek tidur. Ia lupa janjinya pada Danarto.Menjelang sore, mahasiswa itu bangun. Ia terkejut. Di depan pintu kamar kosnya, tergeletak sebuah buku fotokopian, antologi cerpen Naguib Mahfudz. Itulah buku yang sekian lama pontang-panting dicarinya. Di antara lembaran buku itu, ada secarik kertas dengan tanda tangan Danarto. Isinya: ‘Tadi saya menunggu lama. Karena engkau tak juga datang, saya khawatir sesuatu menimpamu. Maka, saya memutuskan datang, mencari alamat tempat kosmu. Dan Alhamdulillah, ketemu. Saya sudah fotokopikan buku yang kau pesan. Semoga bermanfaat.’ Tertanda: Danarto!Setelah menyelesaikan skripsinya, mantan mahasiswa itu entah bekerja di mana. Tetapi, ia tidak dapat melupakan makhluk tawaduk yang bernama Danarto. Sebab, ketika ia minta maaf dan menanyakan biaya fotokopian buku itu, Danarto enteng saja menjawab: Tidak apa-apa. Saya bahagia telah membantumu. Semoga skripsimu segera selesai!’Saya takjub mendengar kisah mahasiswa itu. Dari matanya menetes bening bulir-bulir air mata.” Danarto meninggal dunia pada Selasa, 10 April 2018, pukul 20.54 WIB di ruang Unit Gawat Darurat  RS Fatmawati akibat tertabrak sepeda motor di Kampung Utan, Ciputat. Kala itu dia sedang menyeberang jalan. Baca jugaJenazah Sastrawan Danarto Rabu Sore Tiba di Kampung Halaman