Ceritakan Awal Mula Jadi Seksolog, Dokter Boyke Sempat Ditentang Keluarga

dr.boyke
dr.boyke (Foto : )
Dokter Boyke merupakan dokter yang sangat terkenal di Indonesia. Namun, banyak yang belum tahu bahwa saat memutuskan untuk menjadi seksolog, ia mendapat banyak tentangan dari berbagai pihak.
Menjadi seorang seksolog di negara yang masih menganggap seks sebagai hal yang tabu tentu tidak mudah. Dokter Boyke mengaku mendapat banyak sekali tentangan dari berbagai pihak, termasuk keluarga dan rekan satu profesi. Hal tersebut ia ceritakan pada Ronal Surapradja dan Tike Priatnakusumah dalam video yang diunggah di kanal Youtube RoTivi pada Selasa, 14 Juni 2022 lalu. Berawal dari pengalamannya saat ditugaskan di Lampung. Karena memiliki banyak waktu luang, ia pun tak hanya sekadar menjadi dokter tetapi juga mengajar anak-anak di SMP dan SMA. Dari situlah ia menemukan permasalahan-permasalahan yang dialami oleh anak-anak remaja di pedesaan. Banyak dari anak-anak perempuan yang dinikahkan oleh orang tuanya. Hal itulah yang mendorongnya untuk mengambil spesialis obgyn.
"Kehamilan muda, pernikahan muda, begitu banyak di sana. Dari situ akhirnya memutuskan lanjut ke spesialis obgyn agar saya bisa mengajar orang-orang untuk mencegah pernikahan dini," tutur pemilik nama Boyke Dian Nugraha tersebut, dikutip dari YouTube RoTiVi, Kamis, 16 Juni 2022. [caption id="attachment_527279" align="alignnone" width="852"](Sumber: kanal Youtube RoTivi) (Sumber: kanal Youtube RoTivi)[/caption] Setelah menjadi dokter spesialis obgyn, ia pernah ditempatkan di daerah Masamba Luwu, Sulawesi Selatan. Pada saat hari pertamanya bertugas, ia bertemu dengan seorang pasien dengan kasus unik. "Waktu itu hari pertama buka poliklinik, datang seorang wanita mengerang-erang karena miss V nya dimasukin sambal karena dia ternyata merebut suami orang. Setelah diselidiki ternyata alasan si laki-laki itu selingkuh karena istrinya sudah menopause," ujarnya. Dari kasus tersebut, ia mulai berpikir untuk lebih menajamkan spesialisasinya di bidang seksologi. Namun, keputusan tersebut rupanya bukan keputusan yang mudah. Ia mengaku mendapat banyak tekanan baik dari keluarga maupun dari rekan seprofesi. Pada saat itu, ibunya sempat melarang untuk mengambil spesialisasi di bidang seksologi. "Saat itu awalnya keluarga tidak menerima. Saya mulai kan muncul di TV bicara soal seks, ibu saya menangis. Ibu saya sedih karena diomongin sama ibu-ibu pengajian," ungkapnya. Karena saat itu di Indonesia belum ada spesialisasi bidang seksologi, mau tak mau ia harus belajar di Luar Negeri dengan biaya yang sangat mahal. Ia pun sempat meminta bantuan surat rekomendasi dari dokter di Indonesia agar mendapat potongan biaya pendidikan, namun ditolak karena dianggap tak terlalu penting. Alhasil, ia harus membayar penuh semua biaya pendidikan dengan cara memotong anggaran tempat tinggal dan biaya hidupnya di luar negeri agar bisa menyelesaikan pendidikannya di sana.