Dampak Pandemi Covid-19, Ada 73 Hotel dan Restoran di Yogyakarta Gulung Tikar

Dampak Pandemi Covid-19, Ada 73 Hotel dan Restoran di Yogyakarta Gulung Tikar (Foto Instagram)
Dampak Pandemi Covid-19, Ada 73 Hotel dan Restoran di Yogyakarta Gulung Tikar (Foto Instagram) (Foto : )
Dampak pandemi Covid-19 dengan penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM sangat memperparah kondisi sektor pariwisata di DIY. Termasuk hotel dan restoran, sehingga banyak hotel memilih tutup sementara hingga tutup permanen.
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo dalam diskusi Strategi Menghidupan Pariwisata DIY di Masa Pandemi mengatakan, PHRI DIY mencatat dari sekitar 480 anggota PHRI. Ada 100 hotel dan restoran tutup sementara, dan 73 hotel dan restoran di DIY tutup permanen. Itu karena mereka tidak sanggup bertahan menghadapi pandemi Covid-19.Deddy menjelaskan, pada awalnya pengelola hotel restoran masih memiliki tabungan. Namun dengan pemberlakuan PPKM level 4 yang terus saja diperpanjang, tabungan pun sudah habis.Aset yang dimiliki saat ini seperti mobil yang biasa digunakan untuk menjemput tamu pun banyak yang sudah dijual demi menyambung hidup. Yakni untuk menggaji karyawan hingga membayar listrik.Di sisi lain, sampai saat ini belum ada kebijakan dari pemerintah untuk membantu perhotelan. Misalnya dengan memberikan keringanan pembayaran PLN, BPJS yang menjadi tanggungan.“Kami butuh adanya stimulus dan hibah, keringanan membayar listrik, BPJS, tiga komponen itu bagi kami berat. Merumahkan karyawan sudah banyak, efisiensi, cash flow tidak bisa lagi menutup,” ungkapnya di Yogyakarta, Minggu (22/8/2021).Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, mengakui, akibat pemberlakuan PPKM pariwisata DIY masih lumpuh hingga saat ini."Di sektor akomodasi seperti perhotelan meski pun tidak dilakukan penutupan. Tetapi karena pelaku perjalanan mengalami kesulitan beberapa persyaratan sehingga mereka sepi pengunjung. Ini pukulan sangat telak selama pandemi,” kata Singgih, seperti dikutip dari rri.co.id.Singgih Raharjo menambahkan, saat ini bisa disebut sebagai situasi yang sangat sulit.Pariwisata dan pendidikan merupakan tumpuan ekonomi DIY. Namun keduanya sarat kerumunan sehingga bertentangan dengan kondisi pandemi yang tidak memperbolehkan adanya kerumunan.