Anies Baswedan Ungkap Menggunakan Ilmu Pengetahuan Terkait Data Kematian Akibat Covid-19

Anies Baswedan Ungkap Menggunakan Ilmu Pengetahuan Terkait Data Kematian Akibat Covid-19 (Foto Instagram)
Anies Baswedan Ungkap Menggunakan Ilmu Pengetahuan Terkait Data Kematian Akibat Covid-19 (Foto Instagram) (Foto : )
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, pihaknya tidak pernah mengurangi ataupun mengubah data kematian akibat Covid-19. Sejauh ini, diketahui sudah 12.908 orang meninggal akibat Covid-19 di Ibu Kota.
Hal itu disampaikan Anies dalam unggahannya di media sosial Instagram resminya di akun @aniesbaswedan, Jumat (13/8)."Terkait kematian. Kami di DKI Jakarta tidak pernah mengurangi atau mengubah data-data. Kematian selama pandemi selalu dilaporkan apa adanya," kata Anies dalam keterangan unggahan Instagram resminya @aniesbaswedan, Jumat (13/8).Pemprov DKI, kata Anies, selalu melaporkan data kematian sesuai kriteria dari Kementerian Kesehatan dan data kematian Covid-19. Yakni berdasarkan protokol pemakaman Covid-19. Sebab, menurut WHO, semua data kematian perlu dicatat dan dilaporkan.Upaya pencatatan dan pelaporan data itu, lanjut Anies, bahkan telah dilakukan pihaknya sejak awal pandemi.Padahal, ketika itu kewenangan Pemprov DKI masih terbatas dan juga terbatasnya jumlah tes Covid-19."Untuk mendeteksi adanya wabah (saat awal pandemi), kami menggunakan data pelayanan pemakaman. Yakni agar bisa mendeteksi bahwa wabah telah masuk dari luar negeri ke Ibu Kota," ungkap Anies.Anies menambahkan, prinsip Pemprov DKI Jakarta dalam menangani semua masalah. Termasuk Covid-19, adalah menggunakan ilmu pengetahuan, menggunakan data yang benar dan akurat, serta transparansi data.https://www.instagram.com/p/CSfqbYHhW1v/Data kematian akibat Covid-19 menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Musababnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut akan menghapus angka kematian dalam indikator penanganan Covid-19.Alasan Luhut karena terjadi masalah dalam input data yang disebabkan akumulasi dari kasus kematian di beberapa pekan sebelumnya. Rencana Luhut ini lantas dikritik banyak pihak, terutama para epidemiolog.