Ada Wanita Renta Sebatang Kara yang Papa di Balik Keriuhan Miliarder Baru Tuban

Ada Wanita Renta Sebatang Kara yang Papa di Balik Keriuhan Miliarder Baru Tuban (Foto Kumparan)
Ada Wanita Renta Sebatang Kara yang Papa di Balik Keriuhan Miliarder Baru Tuban (Foto Kumparan) (Foto : )
Sebuah kisah nyata seorang wanita renta sebatang kara yang papa. Dia hanya tinggal di rumah kecil, di balik keriuhan miliarder baru di Tuban, Jatim.
Munculnya ratusan miliarder baru yang ramai-ramai memborong ratusan mobil itu karena mereka mendapatkan uang berlimpah dari ganti rugi lahan miliknya. Ganti rugi itu terkait proyek Kilang Tuban atau New Grass Root Refinery (NGRR).Belakang terungkap, tidak semua warga desa tersebut mendapatkan uang ganti rugi dari proyek kilang minyak itu.Seperti dikutip dari Kumparan, ada beberapa warga miskin yang hidupnya malah menggantungkan bantuan dari orang lain.Salah satu warga tersebut adalah Mbah Srilah (80 tahun), wanita renta warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.Mbah Srilah yang  sebatang kara, mengaku hanya bisa mendengar riuhnya para tetangganya yang menerima uang miliaran rupaih.Mbah Srilah tinggal di rumah dengan ukuran 3 kali 4 meter, dengan rangka dari kayu, dinding dari kayu dan triplek, atap dari asbes serta lantai dari semen."Saya di rumah ya sendiri. Mau ditemani orang juga takut. Di sini banyak tetangga yang mau ngajak saya. Tapi saya tidak betah," tutur Srilah saat ditemui awak media di rumahnya, Jumat, (26/02/2021).Mbah Srilah, mengaku tidak ikut mendapatkan uang ganti rugi karena dirinya tidak memiliki sawah atau tanah yang terdampak proyek Kilang Tuban itu.Sebelum tetangganya jadi miliarder baru pun, Mbah Srilah dibantu anak dan menantunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan tak jarang juga menggantungkan belas kasihan para tetangganya."Saya punya akan dua, keduanya sudah berkeluarga dan tinggal sendiri-sendiri. Saya juga dapat bantuan dari pemerintah (red, BPNT) berupa beras," kata mbah Srilah.Berdasarkan data yang dihimpun, di Desa Sumurgeneng, terdapat 326 orang warga miskin. Mereka bermatapencaharian rata- rata bekerja sebagai buruh tani dan pekerja serabutan.Dari jumlah tersebut, 27 di antaranya telah berubah status sosialnya sebagai orang kaya baru atau miliarder desa, setelah mendapat uang ganti rugi itu.