Cerita Diaspora Indonesia Soal Rumah Duka di AS yang Kewalahan Kubur Jenazah Covid-19

pemakaman di los angeles reuters
pemakaman di los angeles reuters (Foto : )
Banyak rumah duka di Amerika Serikat (AS) kewalahan menangani banyaknya jenazah korban Covid-19. Begini cerita diaspora Indonesia yang bekerja di rumah duka AS.
Ketersediaan tempat tidur di unit gawat darurat rumah-rumah sakit di Los Angeles, AS, menyusut secara dramatis.Seperti halnya rumah-rumah sakit, rumah-rumah duka di sana juga kewalahan menampung banyaknya jumlah korban tewas akibat wabah virus itu.Banyak keluarga terpaksa menunggu selama berpekan-pekan untuk menguburkan orang-orang yang mereka cintai.Hingga pertengahan Februari 2021, sebanyak 45 ribu orang yang meninggal akibat pandemi Covid-19 di California. Dari jumlah tersebut, lebih dari 18.000 di antaranya berasal dari Los Angeles.Diaspora Indonesia, Hediana Hadi, yang bekerja sebagai staf pemasaran Rose Hills Memorial Park and Mortuary, sebuah rumah duka besar di Kota Whittier, Los Angeles, menceritakan bagaimana panjangnya proses untuk menguburkan jenazah saat ini.Menurut Hediana, sebelum pandemi, rumah duka tempatnya bekerja biasanya menangani 600 jenazah setiap bulan. Namun kini setidaknya harus menangani 900-1.000 jenazah per bulan."Kalau dulu, misalnya, untuk bisa menemui arranger atau staf kami yang menangani proses penguburan hanya diperlukan waktu satu minggu, kini terpaksa satu bulan atau enam minggu karena banyaknya orang yang meninggal," katanya"Arranger adalah orang yang menangani kapan jenazah dimakamkan, kapan keluarganya bisa memproses surat kematian, ingin bunganya apa, peti jenazahnya seperti apa dan lain-lain," jelas Hediana.Menurutnya tidak jarang ada keluarga yang datang berkali-kali karena banyak keluarganya yang meninggal karena Covid-19.“Saya bertemu dengan sebuah keluarga. Yang meninggal itu ayahnya dia dan dua pamannya. Mereka meninggal dalam selisih minggu. Bayangkan mereka harus menguburkan tiga anggota keluarga sekaligus,” tambah Hediana lagi.Rumah Duka Continental di Los Angeles juga mengalami  hal serupa. Saat ini rumah duka itu rata-rata menangani 30 jenazah setiap harinya, enam kali lipat dari biasanya.Untuk mengatasi kesulitan menampung jenazah, Continental menyewa lemari pendingin ekstra sepanjang 15 meter untuk dua dari empat fasilitas yang dioperasikan di Los Angeles dan wilayah sekitarnya.Asosiasi Direktur Pemakaman California, menyebut, proses penguburan jenazah telah melambat selama pandemi, termasuk membalsem tubuh dan mendapatkan sertifikat kematian.Selama waktu normal, prosedur itu mungkin dilakukan dalam satu atau dua hari, sekarang dibutuhkan setidaknya satu pekan atau lebih.Di kota-kota besar AS lainnya yang menjadi pusat penyebaran virus corona, seperti New York, juga mengalami hal serupa.Rumah Duka Al-Rayaan di Brooklyn, yang dikhususkan untuk Muslim, contohnya, kini menangani rata-rata 300 hingga 400 jenazah setiap bulannya.Padahal, sebelum pandemi, rumah duka yang sering melayani imigran asal Pakistan dan Bangladesh ini hanya menangani 20-30 pemakaman per bulan.Tidak hanya itu yang menyulitkan Al-Rayaan. Mereka sulit memenuhi permintaan klien untuk memproses jenazah sesuai ajaran Islam.Namun karena peraturan jaga jarak dan  protokol kesehatan lainnya, serta banyaknya jenazah yang harus ditangani, mereka jadi sulit melakukannya.Menurut Salwa Kadri dari Asosiasi Rumah Duka Khusus Muslim berbagai usaha telah dilakukan untuk mengubah keadaan itu.“Kita harus berkonsultasi bolak-balik dengan pakar medis mengenai bagaimana menangani jenazah namun terhindar dari resiko tertular virus corona. Tidak semua orang bisa melakukannya, dan kami terpaksa harus mengubah cara-cara yang biasa kami lakukan, namun masih sesuai dengan ajaran Islam," jelasnya.Tidak jarang Rumah Duka Al-Rayaan menyimpan sementara jenazah di dalam truk pendingin selama berhari-hari sebelum menguburkannya.Fadjril Asikin, seorang aktivis Muslim, yang kerap menangani pemakaman diaspora Indonesia di kawasan Washington DC dan sekitarnya, memahami kekecewaan banyak keluarga dalam penanganan jenazah.“Di dalam Islam, dalam keadaan emergency, diizinkan untuk hanya melakukan apa yang mungkin dilakukan. Yang penting kita menyembahyangkan mereka dan menguburkannya secara Islam. Dalam situasi seperti ini, kita tidak bisa emosional dan menuntut berlebihan. Dalam Islam, siapa saja yang mati dalam keadaan  Covid-19 ini sama dengan berjihad,” katanya.Ada beberapa rumah duka di kota New York yang kini menawarkan layanan terbatas untuk jenazah Muslim.Namun, khusus untuk shalat jenazah kini terpaksa dilakukan di luar rumah duka, seperti di pelataran parkir atau pendopo taman pemakaman.Keluarga juga tidak akan bisa melihat wajah orang yang mereka cintai untuk terakhir kalinya sebelum dikebumikan. Ini karena jenazah biasanya diterima keluarga dalam peti mati yang sudah disegel.VOA Indonesia