HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-79, H. Achmad Bakrie di Mata Ir. H. Aburizal Bakrie

HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-79, H. Achmad Bakrie di Mata Ir. H. Aburizal Bakrie (Foto Kolase Istimewa)
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-79, H. Achmad Bakrie di Mata Ir. H. Aburizal Bakrie (Foto Kolase Istimewa) (Foto : )
.T. Total aset?J. Nggak bisa menghitungnya. Tapi saya kira seluruhnya sekitar 2 trilyun rupiah.
(data tahun 1992, saat buku "Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" disusun)
. (Wawancara dihentikan di sini; dilanjutkan setelah shalat maghrib berjamaah di ruang kerja Ir. Aburizal Bakrie. Mengimami “jamaah” empat orang tim, Ical baca surat Ad Dhuha dan Surat At Tin).Bagian Kedua T. Apa sisi paling menarik Almarhum H. Achmad Bakrie, sebagai pengusaha menurut Bang Ical?J. Wah, banyak. Antara lain yang saya kira bisa disosialisasikan ialah kemampuan beliau melihat celah atau peluang usaha. Kalau sudah didapat, ia mengerjakannya dengan sangat di siplin. Kalau soal disiplin, beliau nomer satu. Misalnya ada aturan, kalau dilanggar marahnya bukan main. Kemudian ayah juga sangat independen, nggak mau bisnisnya dicampuri soalsoal non-bisnis. Umpamanya politik atau fasilitas istimewa, gitu.T. Ada contoh yang terjadi sama Abang, soal politik atau orsospol misalnya?J. Ayah kan terserah kita, anak-anaknya. Mau bekerja di pemerintah boleh. Tapi dia nggak mau kita bisnis, tapi juga jadi pegawai. Beliau bilang berkali-kali begini: “Kalau pada suatu saat kamu masuk pada pemerintahan, lepaskan semua baju-baju bisnismu. Kalau nggak mau, saya yang copot.” Jadi kita bekerja di mana saja boleh. Politikus boleh, nggak apa-apa, perusahaan support, tapi jangan pakai kedudukan itu untuk perusahaan. Eksplisit ayah bilang sama saya begini: "Cal, kamu berteman dengan orang politik, jaga jarak, selalu jaga jarak dengan kekuasaan.” Nah karena dia nggak mau bisnisnya dicampuri urusan non bisnis, dan juga karena independent itu, Ayah sedih sekali waktu dibilangi pengecut sama Yusuf Muda Dalam. Kan ayah nolak macam-macam tawaran kolutif. Ke Istana waktu Bung Karno juga dulu kalau nggak dipaksa dia nggak datang. Di zaman Orde Baru pun mana mau dia muncul. Itulah. Ayah yakin banget pengusaha yang tidak tergantung politik adalah pengusaha yang paling langgeng.T. Apa sikap begitu beliau juga refleksikan dalam perusahaan, misalnya karyawan nggak boleh tergantung pada direktur?J. Begini, Ayah kan entrepreneur yang sangat disiplin, konsisten, pekerja keras, dan mandiri. Nah beliau mau nilai-nilai seperti itu juga kita praktekkan untuk kemajuan perusahaan. Artinya untuk kepentingan bersama. Jadi kalau Ayah misalnya menghendaki kita mengikuti nilai-nilai yang diyakini cocok dan benar itu, bukan dalam artian ketergantungan pada tujuan tertentu, pribadi misalnya. Tapi untuk perusahaan. Terus Ayah kan juga selalu menekankan supaya kita belajar. “Orang yang lebih pintar mesti dihormati.” Karena itu meskipun dia pendiri, direktur utama, Ayah belajar terus. Dia tukang baca. Buku-buku tentang sejarah, sastra, ekonomi, habis dibaca. Kenapa? Karena sampai soal pengetahuan dan informasi pun Ayah nggak mau tergantung. Di situ kan juga ada unsur kepercayaan diri. Kalau nggak ngerti, kan risih terus. Kalau ngerti, tahu informasi, Ayah bilang pasti selalu menguntungkan. Jadi kalau saya misalnya sebagai karyawannya ngerti, tahu informasi, itu sudah satu sumber keuntungan bagi perusahaan. Minimal kita percaya diri, nggak ragu-ragu berbuat. Ini saya kira perluasan makna independen itu.T. Ada contoh konkret tentang kepercayaan diri?J. Misalnya waktu ayah wawancara TV dengan Pak Mitro (Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, pen). Ayah bilang kurang lebih begini: "Saya boleh ngomong apa dan tidak boleh ngomong apa. Kalau saya nggak boleh ngomongin apa yang saya pikir baik, saya tidak akan muncul di TV". Pak Mitro bilang boleh, setuju. Lantas kebijaksanaan Menteri Perdagangan diserang habishabisan. Tapi Pak Mitro cukup moderat menerima. Itulah satusatunya wawancara ayah di media elektronika.T. Keistimewaan lain sebagai pengusaha tentu masih banyak tapi komentar Abang mengenai sikap Almarhum tentang uang?J. Ayah kalau soal satu itu benar-benar harus transparan, jelas sumbernya, manfaatnya dan segala yang bertalian. Misalnya kalau kita minjam, harus bayar tepat pada waktunya. Kalau belum bisa kembalikan, bilang terus terang. Dia sendiri selalu bayar kreditnya tepat waktu. Begitu juga statusnya. Jangan tujuannya minta terus bilang pinjam. Jadi sejauh menyangkut uang perusahaan, semuanya harus jelas.T. Kalau uang pribadi beliau, umpamanya di mana saja beliau biasa gunakan?J. Ada satu prinsip Ayah tentang uang atau milik pribadi yang lain, menarik menurut saya. Beliau itu nggak ada yang tahu di mana menyumbangnya, berapa, dan sebagainya. la nggak pernah cerita, Ayah bilang “Kalau tangan kanan beri, tangan kiri nggak boleh tahu.” Kedengarannya sederhana. Tapi saya tahu sasarannya, misalnya supaya kita nggak sombong. Baru setelah beliau meninggal saya diberitahu orang, dulu ini Ayah yang nyumbang, itu Ayah yang kasih. Bangun masjid pun banyak ketahuan setelah beliau meninggal. Terus itu tadi, soal utang. Beliau bilang lu nggak bakalan miskin karena bayar utang. Jadi setahu saya Ayah itu orang yang pada dasarnya pantang nunggak.T. Kalau refleksi kejelasan uang dan, katakanlah, harta peninggalan beliau?J. Termasuk itu Ayah mau jelas. Tiga tahun sebelum meninggal kita sudah bicarakan semua: Kalau Ayah meninggal nanti bagaimana? Beliau ngajak kita bicarakan bersama, bagaimana Bakrie ini. Saya katakan Ayah sangat moderat dalam soal itu. Kalau sekarang orang bicara pada ayahnya “Pak, kalau Bapak meninggal bagaimana pembagiannya?” Nggak sampai hati, kan! Nah akhirnya keluarga Bakrie, termasuk Ayah, setuju pembagiannya memakai hukum Islam. Jadi gitu, Ayah juga sering bilang sama orang-orang tua supaya bicara sebelum meninggal.T. Ada lagi pesan-pesan khusus beliau?J. Beliau juga selalu wanti-wanti supaya jangan boros. “Kamu jangan boros, jangan buang-buang uang, foya-foya. Kalau kamu ditinggal Ayah, paling kamu sedih dua-tiga hari, sebulan, setahun. Tapi bila kamu ditinggal uang bisa selamanya kamu sedih sampai akhir hayat.” Begitu. Jadi maksudnya sekalipun uang itu cuma alat, tapi harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral.T. Obsesi Ayah?J. Beliau pernah bilang ingin Bakrie mempunyai 50 ribu tenaga kerja di tahun 2000. Beliau juga mau “go public.” Bahkan ia pernah bilang bahwa pada suatu saat, saham keluarga pada perusahaan mungkin hanya 20%. Itu antara lainnya.T. Kalau Abang sendiri?J. Ya saya mau Iebih 100 ribu di tahun 2020 dan seterusnya, meski belum tentu saya lihat. Grup perusahaan terus berkembang, dan mempunyai peranan signifikan dalam meningkatkan taraf hidup rakyat, menghemat devisa, Sekarang saja (data tahun 1992, saat buku "Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" disusun) Bakrie sudah menghemat devisa sebesar 75 juta dollar Amerika setahun. Terus, ada obsesi tambahan saya yang tidak dimiliki Ayah: yaitu saya ingin membuktikan bahwa pribumi bisa berusaha dengan baik, profesional. Saya mau menghapus mitos ketidak mampuan pribumi.T. Kalau di Bakrie, orang pribumi semua?J. Nggak. Ada juga Cinanya, karyawan lain agama. Mitra kerjasama Bakrie pengusaha-pengusaha kecil ada Cina. (Sekretaris Presiden Direktur, Ir. Aburizal Bakrie, Catherine, beragama Katolik - pen).T. Abang bisa cerita sedikit tentang proses regenerasi, dari H. Achmad Bakrie ke Ir. H. Aburizal Bakrie?J. Itu seperti benar-benar direncanakan. Almarhum mendirikan dengan keluarga dan Pak Hamizar Hamid orang luar pertama yang bergabung. Waktu Pak Bakrie masih hidup, beliau mengatakan bahwa wakilnya, Pak Hamizar Hamid, penggantinya. Kemudian dalam perkembangannya dia meminta saya langsung memimpin perusahaan. Ini kalau saya lihat aneh, ini yang dibilang anugerah Allah. Pak Bakrie otodidak sehingga dalam perkembangan dan perubahan organisasi mengharapkan buktinya apa bisa. Tapi itu tak diizinkan. Tahap pertama saya mencoba mengubah organisasi dan beliau memberi waktu dua tahun. Jadi tahun pertama perombakan disetujui, tahun kedua merombak lagi juga disetujui. Yang terakhir disetujui pada waktu ayah sakit bulan November 1987. Itu organisasi seperti sekarang, yang dimodifikasi pada 1988. Beliau meninggal setelah saya jadi presiden direktur, seperti telah diatur. Tapi pada tahun 1985 dia sudah bilang pada saya: "Ayah mau meninggalkan perusahaan pada tanggal 1 Januari 1988. Jadi kamu mulai atur bersama saya," katanya.T. Kabarnya almarhum semula nggak setuju perombakan. Bagaimana itu?J. Ayah bilang tadinya: “Kita punya harta tapi tidak punya duit. Punya aset tapi tidak punya uang. Apa, sih, yang mau dikelola, dirombak? Sudahlah, biarkan saja.” Terus akhir 1987 Ayah mulai sakit, ngomongnya sudah aaa…aaa...aaaa… saja. Akhirnya beliau bilang "Setuju organisasi seperti yang kamu rencanakan. Pemegang saham terbesar menginginkan atau menunjuk kamu.” Kemudian, pada tanggal 1 Januari 1988 Ayah mundur. Beliau jadi Presiden Komisaris dan saya Presiden Direktur. Jadi kurang lebih satu bulan mundur, beliau meninggal.T. Katanya Abang nggak lihat saat-saat menghembuskan nafasnya di Tokyo.J. Benar. Dalam perjalanan dari airport ke rumah sakit di Tokyo itu saya diberitahu Ayah sudah meninggal. Terlambat beberapa menit. Memang saya baru ke Tokyo pada hari Sabtu itu, dengan anak bungsu saya. Hari jumat saya harus rnenyelesaikan suatu problema perusahaan.T. Reaksi Abang di mobil?J. Saya pasrah. Anak saya tanya “Kok papa nggak nangis?” Terus saya bilang: “Semua orang kan akan meninggal. Buat Atuk itu mungkin lebih baik baginya.” Sebab beliau paling sakit karena tidak bisa ngomong itu. Orang paling aktif tau-tau nggak bisa ngomong dan bergerak selama tiga bulan kan luar biasa ter siksanya.T. Kebiasaan-kebiasaan keluarga Bakrie sewaktu beliau masih hidup, apa sekarang masih berlanjut?J. Ya. Kami masih berkumpul di rumah Ibu setiap hari Minggu. Makan bubur ayam bersama. Semua anak, menantu dan cucu pada berkumpul. Juga makan sahur bersama.T. Abang pernah mengatakan di belakang pria yang sukses ada wanita. Apa maksudnya kira-kira?J. Kalau misalnya istri tidak mengerti saya pulang pukul 8 malam, terus di bilang “Kenapa pulang pukul 8 main perempuan ya?” Kan repot. Saya sebenarnya pernah down beberapa tahun lalu. Waktu itu kami mau beli Good Year 95 juta dollar. Kami sudah shake hand. Tapi karena harga naik, mereka nggak jadi jual. Saya begitu sedih. Istri saya bilang “Adin, jangan sedih sebab Tuhan punya alasan kenapa Adin gagal, barangkali nanti hasilnya akan lebih baik dari kegagalan Abang.” Eh, nggak sampai dua tahun nilai Good Year jatuh karena harga karet anjlok. Good Year turun menjadi paling besar 55 juta dollar. Kalau saat itu saya beli berarti saya mesti membayar bunganya sesuai harga semula, 95 juta. Karena gagalnya pembelian itu, saya menghemat 30 juta dollar hanya tabah beberapa bulan. Kalau istri tidak bisa mendukung, saya bisa patah. Siapa sih orang lain yang ngomong di rumah, kan istri. Sholat lagi, tahajjud. Tanya kepada Tuhan kenapa, nggak bisa temukan jawaban sekarang. Istri itu penting sekali. Emangnya perempuan itu barang mainan! Mereka sumber kehidupan, sumber inspirasi. Dukungan istri sangat kuat sekali. Kalau saya pergi dengan istri, ketemu bintang film cantik atau peragawati yang saya kenal, saya tegur: Hallo apa kabar?, kenalin ini istri saya. Dan saya nggak diberondong: “Lu kenal di mana, he!”T. Kalau nama, kedengarannya Abang orang Arab?J. Ah, nggak. Ayah juga bukan. Kalau empat-lima generasi sebelum Ayah, mungkin!T. Ini “nakal” sedikit Bang!J. Apa?T. Anu ... are you a good manager?J. He...he...he. Saya memikirkan organisasi, strategi. Saya rasa saya bisa dan mampu memimpin, tapi jangan saya yang operasionalisasinya, mengelolanya. Bisa berabe. Contohnya di Thomas Cup kita gagal dua kali, sekali di Asian. Kenapa? Karena saya langsung mengerjakan segi-segi operasionalnya. Jadi sebagai Presiden Direktur Bakrie & Brothers, sebagai strategic thinker perusahaan, “I’m not a good manager.”T & J. ha...ha...ha... Sumber: Buku "Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan" Syafruddin Pohan, dkk. Cetakan Kedua (e-book), 2011, PT Bakrie & Brothers Tbk, ISBN : 978-602-98628-0-5