Setahun Covid-19, Limbah Medis Menjadi Masalah Baru Dunia

Setahun Covid-19, Limbah Medis Menjadi Masalah Baru Dunia
Setahun Covid-19, Limbah Medis Menjadi Masalah Baru Dunia (Foto : )
Sejak China melaporkan secara resmi kepada WHO pada bulan Desember 2019 kasus Covid-19, setahun sudah virus tersebut bermutasi di seluruh dunia. Akibat dari penanganan, muncul masalah baru yaitu limbah medis yang dihasilkan oleh rumah tangga dan rumah sakit.
Desember 2019, secara resmi China melaporkan kepada WHO bahwa ada virus yang mudah menyebar di Wuhan. China mengeluarkan peringatan tentang serangkaian kasus yang terkait dengan virus yang menyerang pernapasan secara misterius.Dihimpun dari berbagai sumber, kasus pertama diluar China terjadi di Thailand pada tanggal 13 Januari 2020. Kemudian disusul laporan kasus pertama dari Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Singapura hingga Amerika Serikat. Dan pada maret 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global. Masyarakat diminta untuk memakai masker, jaga jarak dan tetap berada dirumah.Dampak dari Covid-19 yang terjadi di dunia bukan hanya terjadi di sektor ekonomi, tapi juga dampak pada limbah lingkungan. Limbah medis akibat penanganan pasien dan penggunaan masker masyarakat menjadi masalah baru yang serius.Selama pandemi alat pelindung diri (APD) telah mendorong peningkatan polusi plastik. WHO sendiri menyarankan untuk penggunaan APD sekali pakai demi keamanan petugas medis.Setidaknya setiap tahun dunia menghasilkan lebih dari 2 miliar metrik ton limbah padat perkotaan. Selama pandemi jika populasi global mematuhi satu masker sekali pakai perhari, maka akan menghasilkan 129 miliar limbah masker wajah.Wuhan sendiri saat berada dipuncak kasus pandemi, menghasilkan lebih dari 240 ton limbah medis berbasis plastik. Angka tersebut ternyata setara 2 bulan limbah medis di Amerika akibat pandemi.Di Indonesia, jumlah limbah medis dari pandemi Covid-19 meningkat 30%. Sedangkan kapasitas pengelolaan limbah B3 medis di beberapa daerah masih terbatas.

Limbah Efek Lockdown

Selain limbah medis, ternyata masa lockdown juga menghasilkan limbah plastik yang lebih banyak dari rumah tangga. Banyak masyarakat menggunakan makanan kemasan atau jasa pengiriman makanan, yang menggunakan plastik lebih banyak.Di Singapura dengan populasi masyarakat 5,7 juta, selama 2 bulan masa lockdown