Misteri Pasar Bubrah, Ramai Jual Beli Para Makhluk Halus Merapi

Misteri Pasar Bubrah, Ramai Jual Beli Para Makhluk Halus Merapi
Misteri Pasar Bubrah, Ramai Jual Beli Para Makhluk Halus Merapi (Foto : )
Pasar Bubrah. Di sinilah riuh suara mirip pasar acapkali terdengar di lereng Merapi. Ramai pedagangnya bukanlah manusia namun makhluk halus. Banyak pendaki yang beruntung melihatnya. 
Warga Dusun Lencoh, Kecamatan Boyolali sudah tidak asing lagi dengan hiruk pikuk gaib ini. Saat mereka mencari rumput di sekitaran kawasan Pasar Bubrah maupun saat mengantar wisatawan mendaki. "Pasar Bubrah itu kan perbatasan antara daerah yang ditumbuhi tanaman dengan kawasan kubah merapi tua, jadi kadang warga mencari rumput maupun ranting kering sampai atas, ya dekat-dekat Pasar Bubrah itu lah," kata Pak Min, warga Dusun Lencoh yang kadang pula menjadi guide pendakian Merapi. Pasar Bubrah berada di ketinggian 2.600 meter dari permukaan laut. Hanya 300 meter selisih ketinggiannya dari puncak Gunung Merapi sekarang. Medannya berupa lembah yang luas. Di sinilah dahulunya kawah Merapi tua, kemudian menjadi dasar kubah lava yang terbentuk akibat proses vulkanik Gunung Merapi selanjutnya. [caption id="attachment_354672" align="alignnone" width="900"]
Misteri Pasar Bubrah, Ramai Jual Beli Para Makhluk Halus Merapi Hamparan pasir dan bebatuan vulkanik di lembah Pasar Bubrah. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Lembah Pasar Bubrah adalah padang pasir dan hamparan batu. Bahasa geologinya, ini adalah endapan lava atau lahar dingin yang padat dan mengeras. Karena datar dan luas, maka tempat ini menjadi transit bagi pendaki untuk beristirahat sebelum menempuh pendakian terjal di medan pasir dan batu menuju puncak Merapi. [caption id="attachment_354673" align="alignnone" width="900"]Misteri Pasar Bubrah, Ramai Jual Beli Para Makhluk Halus Merapi Lembah Pasar Bubrah dengan latar belakang kubah lava Merapi. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Kembali ke soal hiruk pikuk suara pasar tadi. Ada mitos yang kemudian berkembang di lereng utara Merapi bahwa itu adalah suara mahluk halus di sekitar kawah yang sedang melakukan kegiatan jual beli layaknya pasar. Suara semakin ramai seperti pasar yang mau tutup atau bubar atau istilah orang sini bubrah. Maka kemudian diberi nama Pasar Bubrah. "Suaranya ya kayak ribut gitu, ramai kayak orang bubaran dari pasar, tapi tidak jelas kata-katanya, pokoknya saut-sautan gitu," kata Mbah Min saat menemani saya mendaki ke puncak Gunung Merapi. [caption id="attachment_354677" align="alignnone" width="900"]Misteri Pasar Bubrah, Ramai Jual Beli Para Makhluk Halus Merapi Pasar Bubrah Merapi dengan latar belakang Gunung Merbabu. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Saya sempat beberapa kali mendaki dan sempat pula menginap beberapa jam di Pasar Bubrah menjelang pagi. Memang suaranya riuh. Tapi seperti suara angin kencang yang menerpa batu-batu. Atau juga angin yang arahnya tak beraturan di puncak sehingga saling menerpa dan menimbulkan suara. Itu menurut saya sebagai orang awam dan tak paham soal mitologi. [caption id="attachment_354678" align="alignnone" width="900"]Misteri Pasar Bubrah, Ramai Jual Beli Para Makhluk Halus Merapi Batu-batu besar yang berasal dari bekas letusan, berserakan di Pasar Bubrah. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption] Mungkin bagi pegiat yang mendalami dunia mitos, akan merasakan hal yang berbeda. Beberapa cerita pengalaman bertebaran di grup media sosial macam Facebook. Seorang pendaki misalnya, saat istirahat di Pasar Bubrah sempat kehilangan kesadaran. Ketika sudah siuman ia ditanya temannya tentang keadaannya. Ia malah bercerita kalau tadi kehausan dan minta minum sama orang-orang di pasar, tapi semuanya diam dan tak menatapnya seperti tak tahu kalau ia ada di situ. Seorang pendaki asal Yogyakarta mengisahkan, ia pernah menginap semalaman di Pasar Bubrah. Saat mau terlelap mendengar ada suara gamelan dan hiruk pikuk pasar. Dalam tulisannya di Facebook ia mengaku sempat ketakutan, sebelum kemudian ia pasrah dan berdoa kepada Allah SWT. Semburat sinar matahari pun kemudian muncul dan menenangkannya. Warga sekitar Merapi mengakui ada mitos yang berkembang terkait Pasar Bubrah ini. Jika ada yang mendengar suara mirip pasar, maka disarankan melemparkan uang koin dan mengambil kerikil di situ, seakan-akan melakukan transaksi jual beli. Ada juga cerita-cerita lainnya, namun warga memilih menyimpannya. "Ora ilok (tabu) kalau diceritakan ya, warga sini memilih untuk menyimpan sendiri pengalamannya. Yang penting itu urip migunani (berguna untuk orang banyak)," tutur Mbah Min. Memang cerita-cerita di atas sangatlah subyektif, tergantung pengalaman masing-masing. Yang jelas, ada pesan dari masyarakat setempat bahwa jika mendaki Gunung Merapi selalu menjaga tingkah laku, menjaga mulut untuk tidak berkata buruk, tidak merusak lingkungan, mengucap salam, tidak mengeluh tapi juga tidak bersikap sombong selama pendakian. Anda penasaran? Teguh Joko Sutrisno | Boyolali, Jawa Tengah