Di Negara Ini New Normal Corona Malah Berubah Menjadi Mimpi Buruk

Di Negara Ini New Normal Corona Malah Berubah Menjadi Mimpi Buruk (Foto Ilustrasi Tesl Virus Corona)
Di Negara Ini New Normal Corona Malah Berubah Menjadi Mimpi Buruk (Foto Ilustrasi Tesl Virus Corona) (Foto : )
Status new normal corona atau kenormalan baru atas pendemi Covid-19, tak selalu membawa optimisme.
Faktanya di negara-negara berikut ini, status new normal malah berubah menjadi mimpi buruk, sehingga kebijakan mengubah status terkait protokol kesehatan bisa dikatakan gagal total. Fakta lainnya, tidak ada satu pun negara yang berhasil menerapkan new normal tanpa menyelesaikan masalah kesehatan terlebih dahulu karena tanpa itu, kesehatan masyarakat dan ekonomi akan bertambah parah. Berikut negara yang menerapkan status new normal malah berubah menjadi mimpi buruk.
1. PakistanPakistan bisa disebut sebagai contoh terburuk bagaimana pelonggaran pembatasan sosial muncul di saat wabah belum terkontrol. Sebagai contoh, negara tersebut mencatat pertumbuhan ganda total kasus virus corona dalam waktu 14 hari terakhir. Pemerintah Pakistan melonggarkan pembatasan sosial mereka sejak 11 Mei 2020 di saat peningkatan kasus virus corona sedang meningkat, menurut laporan Anadolu Agency. Langkah tersebut diambil karena, menurut Perdana Menteri Imran Khan, kebijakan lockdown dan pembatasan sosial hanya akan menyulitkan para pekerja, ekonomi, dan bisnis kecil. Keputusan gegabah untuk membangun ekonomi di tengah wabah yang belum terkendali jadi bumerang bagi Pakistan. Negara tersebut hingga Sabtu (13/6) mencatat 132.405 kasus virus corona, meningkat dua kali lipat dibanding laporan resmi pemerintah Pakistan pada 30 Mei 2020 dengan jumlah sebesar 66.457 kasus. 2. Iran Pelonggaran pembatasan sosial di Iran sejak 11 April 2020 muncul di kala pertumbuhan kasus harian corona masih berada di kisaran 1.000 kasus baru per hari. Pemerintah Iran berdalih, pelonggaran pembatasan sosial perlu diambil karena mereka harus mempertimbangkan dampak dari sanksi ekonomi yang diberikan oleh AS, menurut laporan ABC News. Keputusan prematur tersebut malah membuat jumlah kasus harian di Iran melonjak kembali sejak awal Mei 2020, atau tiga minggu setelah pelonggaran diberlakukan. Bahkan, pada 4 Juni 2020, Iran sempat mencatat penambahan kasus harian sebanyak 3.574. Jumlah tersebut merupakan rekor penambahan kasus harian corona yang pernah dicatat negara tersebut. Berdasarkan laporan resmi pemerintah Iran hingga Sabtu (13/6) siang, negara tersebut memiliki 182.545 kasus virus corona dengan catatan 8.659 pasien COVID-19 meninggal. Iran juga mencatatkan pertumbuhan kasus sebesar 2.369 dan 75 kematian pada Jumat (12/6/2020), seperti dilaporkan agensi berita Islamic Republic News Agency. 3. Meksiko Faktor ekonomi juga menjadi alasan Meksiko untuk menyudahi lockdown mereka. Bahkan, pemerintah Meksiko saat ini telah membuka kembali industri pariwisata mereka di awal Juni 2020. Di sisi lain, pertumbuhan kasus corona harian di Meksiko terus melonjak dari hari ke hari. Hingga Sabtu (13/6/2020) negara tersebut telah mencatat 139.196 kasus corona di mana 15.448 orang di antaranya meninggal. Meksiko sendiri tak memiliki tes diagnostik corona yang memadai. Menurut catatan Worldometer, mereka baru melakukan tes corona sebesar 393.714 bagi 128,8 juta penduduk, dengan rasio 3.055 tes per 1 juta penduduk. 4. India India sempat menggemparkan dunia ketika mengumumkan lockdown terbesar pada 25 Maret 2020. Namun, langkah preventif dicabut pada akhir Mei 2020. Sejak 26 Mei sampai 13 Juni 2020, India mencatat total pertumbuhan ganda kasus corona. Hingga Sabtu (13/6), negara berpopulasi 1,3 miliar orang itu telah mencatatkan 309.603 kasus virus corona, di mana 8.890 orang di antaranya meninggal. Menurut laporan The New York Times, pencabutan lockdown diambil oleh pemerintah India dengan pertimbangan ekonomi. Meski demikian, para ahli menyebut bahwa negara itu terlalu cepat untuk melonggarkan pembatasan sosial yang ada. India sendiri sebenarnya telah melakukan tes corona sebanyak lebih dari 5,5 juta tes. Namun, karena populasi yang besar, rasio tes mereka hanya mencapai 3.993 tes per 1 juta penduduk. Rasio tersebut masih dua kali lipat lebih baik ketimbang yang dicapai oleh Indonesia.