Luhut Sebut dari Hasil Modelling, Covid-19 Tak Kuat Cuaca Indonesia, Faktanya?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (Foto Setpres)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (Foto Setpres) (Foto : )
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyebut, virus corona atau Covid-19 tak kuat cuaca Indonesia yang panas. Faktanya?
Dalam video conference menteri terkait hasil rapat terbatas, Kamis (2/4/2020), Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengimbau masyarakat disiplin menjaga jarak. Menurutnya, jika pemerintah memberlakukan lockdown, akan membuat masyarakat lapisan bawah terkena dampak terbesar. Namun, jika masyarakat disiplin menjaga jarak, akan dapat membantu menangkal penyebaran corona. Luhut juga menyebut virus corona tidak kuat dengan cuaca di Indonesia yang panas dan tingkat kelembaban tinggi. "Dari hasil modelling yang ada, cuaca Indonesia di ekuator ini yang panas dan
humidity tinggi untuk Covid-19 tidak kuat. Tapi kalau jaga jarak tidak dilakukan, ini jadi tidak berarti," katanya. Lalu benarkah Covid-19 benar-benar tidak kuat cuaca panas seperti di Indonesia?

Virus Musiman?

Ada bukti yang menunjukkan, virus ini dapat mewabah di iklim tertentu. Beberapa wilayah yang terdampak parah, seperti di Wuhan China, Iran, Italia dan beberapa wilayah di Amerika Serikat, berada di garis lintang Bumi yang berdekatan. Ini berartiĀ  suhu dan kelembaban di wilayah tersebut juga relatif sama.
Para peneliti Universitas Maryland (UM), AS telah menggunakan data ini untuk memetakan wilayah mana di dunia yang paling rentan terkena dampak corona.
Hasil penelitian awal menunjukkan, kondisi iklim tertentu, dapat membantu mempercepat penyebaran Covid-19.
Sementara ahli kesehatan dari Universitas Syracuse, AS bernama Brittany Kmush menyebut, influenza dan virus-virus corona lainnya menginfeksi manusia, cenderung mengikuti musim.
Sedangkan penelitian oleh sejumlah ilmuwan di China menduga ada hubungan antara kedahsyatan Covid-19 dengan kondisi cuaca. Penelitian itu mengambil data 2.300 kematian di Wuhan, China dan kemudian dibandingkan dengan kelembaban, suhu, dan tingkat polusi pada hari kematian terjadi.
Hasil penelitian mereka menunjukkan tingkat kematian lebih rendah pada hari-hari ketika tingkat kelembaban dan suhu lebih tinggi di sana.
Akan tetapi, para pakar di negara lain sudah mewanti-wanti agar jangan terlalu berharap virus corona akan musnah pada musim panas.
Ini karena Covid-19 adalah virus baru, jadi data mengenai korelasinya dengan musim dan cuaca belum benar-benar kuat.