HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, Sosok H. Achmad Bakrie di Mata Hasan Gudang

HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, Sosok H. Achmad Bakrie di Mata Hasan Gudang (Foto Kolase)
HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-78, Sosok H. Achmad Bakrie di Mata Hasan Gudang (Foto Kolase) (Foto : )
Nama aslinya M. Hasan, putra Betawi asli yang dikenal periang dan diketahui sebagai orang yang pertama bekerja dengan H. Achmad Bakrie dan kepada tim penulis buku 'Achmad Bakrie - Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan', segudang kisah yang memiliki banyak keteladanan di paparkan.
M. Hasan pun mulai berkisah, suatu hari, seorang pemuda kurus ceking yang biasanya periang, sebagaimana umumnya ciri khas anak Betawi, mendadak sontak menjadi gundah gulana.Pagi itu gudang 'CV Bakrie & Brothers' yang merangkap kantor, menjadi berantakan dan terlihat pintu dan kunci dalam keadaan baik, namun anehnya benang, tekstil, dan barang dagangan lain berantakan. Tungkul-tungkul benang berserakan, semula diduga ulah tikus beneran.[caption id="attachment_289374" align="aligncenter" width="900"]
Gudang CV Bakrie & Brothers, Cikal bakal pengembangan usaha di bidang ekspor di Telukbetung, Lampung. (Foto Perpustakaan Bakrie) Gudang CV Bakrie & Brothers, Cikal bakal pengembangan usaha di bidang ekspor di Telukbetung, Lampung. (Foto Perpustakaan Bakrie)[/caption]Sekawanan reserse Belanda meluncur ke tempat kejadian perkara, namun hasil interogasi baru seminggu kemudian terungkap. Beberapa orang mulai tak ramah padanya entah karena takut terbawa bawa atau dianggap bersekongkol dengannya, satu persatu memalingkan muka dicuekin.Memilih diam bisa-bisa dianggap berpura-pura, semua serba salah jadinya. " Keluar saja, dah,” pikirnya pasti selesai. Tapi buru-buru diurungkannya niat itu; dulu tahun 1946 dia bekerja pada awalnya karena teman-temannya yang berkeluyuran membuat keonaran ditangkap tentara NICA.M. Hasan mengaku, karena tugasnya menjaga gudang, lalu orang “menghukum” dengan sebutan Hasan Gudang.Terkait peristiwa pencurian di gudang tadi, M. Hasan mengaku Ibarat makan buah simalakama, Hasan dihadapkan pada situasi dilematis. Keluar - tidak - keluar - tidak masih saja bertalu-talu di dadanya bagaikan menunggu `tokek’ mengatakan tidak.Tapi satu sahabatnya Armin menghibur kegalauannya. “Mari San, kita amin-amin aja deh, ya? kita baca doa supaya ketemu malingnya,” benar saja, Tuhan mendengar ratapan mereka, beberapa hari kemudian seorang reserse Belanda keturunan Cina menangkap dan membawa anak gelandangan kurus kecil ke tempat kejadian. “Lu Bagaimana membawanya!” Ujar H. Achmad Bakrie pada maling itu. “Keranjang arang, Tuan,” sahut maling itu.