Perasaan Kesepian Berdampak Buruk Bagi Tubuh, Ini Buktinya!

Perasaan Kesepian Berdampak Buruk Bagi Tubuh. Ini Buktinya!
Perasaan Kesepian Berdampak Buruk Bagi Tubuh. Ini Buktinya! (Foto : )
Jangan pernah menganggap sepele perasaan kesepian yang Anda rasakan. Sejumlah penelitian mengungkapkan, bahwa kesepian ternyata berdampak buruk terhadap kesehatan.
Hampir semua orang pernah merasa kesepian pada satu fase dalam hidupnya. Bagi sebagian besar orang, perasaan kesepian hanyalah kondisi sementara yang bisa disebabkan oleh sejumlah faktor seperti berganti pekerjaan atau pindah tempat tinggal. Namun bagi sebagian lain, kesepian seolah telah mengambil waktu terbesar dalam hidup mereka. Kesepian muncul bukan karena sedikitnya jumlah orang dalam hidup mereka, melainkan karena kurangnya koneksi dengan orang lain. Seperti dilansir dari cnn.com, hasil studi mengungkapkan bahwa kesepian kronis berdampak buruk bagi kesehatan. Para ilmuwan masih meneliti hubungan antara kesepian dengan kesehatan mental dan fisik, serta apa pengaruhnya terhadap tubuh. Berikut sejumlah temuan yang berhasil diungkap oleh para imuwan.
Kesepian mempengaruhi fungsi otak dan memicu rasa sakit terhadap fisik Dr. Sanjay Gupta telah menulis dalam sebuah kolom untuk O Magazine tentang studi ini di tahun 2003. Hasil studi menyebutkan bahwa perasan terasing dapat mendorong seseorang keluar batas sosial, sehingga menyebabkan kesepian. Perasaan ini kemudian memicu aktifitas di beberapa daerah di otak, dan menimbulkan rasa sakit fisik. “Dari perspektif evolusi, ini masuk akal. Leluhur kita bergantung pada kelompok sosial tidak hanya untuk persahabatan, namun juga untuk bertahan hidup.” tulis Gupta. “Tinggal dekat dengan kelompok membawa akses terhadap tempat tinggal, makanan dan perlindungan. Pemisahan dari kelompok, berarti bahaya.” sambungnya. Kesepian mengakibatkan gangguan tidur Sebuah studi di tahun 2011 mengungkapkan, bahwa mereka yang merasakan kesepian cenderung untuk mengalami gangguan tidur di malam hari. Para peneliti menemukan adanya hubungan antara gangguan tidur dengan kesepian yang menetap, meskipun orang tersebut sudah menikah dan memiliki keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa kesepian sangat tergantung pada bagaimana seseorang memandang status sosialnya. Sebanyak 95 partisipan dalam penelitian ini, semuanya memiliki hubungan sosial yang kuat dan merupakan bagian dari komunitas pedesaan South Dakota yang saling berhubungan erat. Dari penelitian yang dilakukan, terlihat perbedaan kecil dalam tingkat kesepian yang tercermin dari kualitas tidur mereka. Kesepian meningkatkan risiko demensia Demensia merupakan suatu gejala yang disebabkan oleh penyakit atau kelainan pada otak. Demensia ditandai denan terganggunya mental seseorang, yang menyebabkan gangguan berpikir dan hilang ingatan. Sebuah studi yang dilakukan di tahun 2013 terhadap 2.200 orang dewasa di Amsterdam, mengungkapkan bahwa responden yang merasa kesepian lebih mungkin mengalami demensia. Peserta penelitian berusia antara 65-86 tahun dan tidak memperlihatkan tanda-tanda demensia, serta tidak tinggal di panti jompo. Sekitar setengahnya hidup sendirian, dan 20 persen melaporkan perasaan kesepian yang dialaminya. Hampir dua pertiga dari mereka adalah perempuan. Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa kesepian meningkatkan risiko demensia sebesar 64 persen. Namun mereka mengingatkan bahwa hal itu tidak membuktikan bahwa kesepian menyebabkan demensia. Hal sebaliknya bisa saja terjadi, karena demensia dan perubahan suasana hati yang menyertainya, dapat berkontribusi pada sejumlah penolakan sosial dan rasa kesepian. Kesepian dapat meningkatkan risiko kematian dini Dua buah studi di tahun 2012 menenukan bahwa perasaan kesepian dapat meningkatkan risiko kematian dini. Penelitian pertama dilakukan selama 4 tahun dan diikuti oleh sekitar 45 ribu orang berusia 45 tahun keatas, dengan riwayat penyakit jantung atau berisiko tinggi mengalami penyakit jantung. Hasil penelitiaan mengungkapan, bahwa mereka yang hidup sendiri lebih mungkin meninggal dunia karena serangan jantung, stroke atau komplikasi lain dibandingkan mereka yang hidup bersama keluarga. Studi kedua berfokus pada mereka yang berusia 60 tahun keatas. Hasilnya, pria dan wanita 45 persen lebih mungkin meninggal selama periode studi enam tahun, jika mereka melaporkan merasa kesepian, terisolasi atau ditinggalkan. Kesepian dapat merusak jantung Orang-orang yang mengalami kesepian kronis bisa menghasilkan respon inflammasi terhadap kerusakan jaringan. Demikian hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 terhadap 93 orang dewasa. Meskipun respon inflammasi baik untuk jangka pendek, inflammasi jangka panjang justru dapat memicu penyakit jantung dan kanker. Studi ini hanya menenukan korelasi antara ekspresi gen dan kesepian, sehingga sulit dipastikan apakah salah satunya dapat memicu yang lain.