Kabut Asap Hanuman! Mendera Cinta Rahwana pada Shinta

Kabut Asap Hanuman! Mendera Cinta Rahwana pada Shinta
Kabut Asap Hanuman! Mendera Cinta Rahwana pada Shinta (Foto : )
Kabut Asap kian pekat. Hujan tiada mengguyur. Hutan negeri sudah jadi api. Asapnya menyelimuti pertiwi. Para wanara terima bayaran. Para juragan cekakakan. Zamrud pusaka negeri telah dikuasai. Beginilah kisah negeri sengkarut menghirup belanga kabut.    
Apa kaitan kabut asap dengan Hanuman? Kera putih ini pernah mengamuk. Membakar hutan dan pusat keramaian kerajaan Alengka. Kerajaan yang indah dan asri permai itu menjadi panas dan pengap. Kabut asap menyelimuti seluruh negeri. Sesak nafas seluruh penduduk. Malapetaka serius! Teriak Indrajit, putera Rahwana. Kumbakarna menggeleng kepala dari kejauhan. Prihatin. Kerajaan ampuan Rahwana hangus porak poranda. Kumbakarna tak bisa berbuat apapun. Rahwana telah mengusirnya. Nasehatnya untuk tidak menghukum bakar hidup-hidup Hanuman tiada digubris kakaknya. Membakar hidup-hidup Hanuman ternyata bukan tindakan yang tepat. Celaka bagi Alengka. Bukannya mati terbakar, Hanuman malah merajalela membakar Alengka. Api yang berkobar pada tubuhnya menjadi obor pemantik kekacauan. Hanuman pun berhasil pulang ke Ayodhya. Peta kekuatan angkatan perang Alengka dilaporkannya. Rama Wijaya, sang juragan tertawa terbahak. Bhumi Alengka sudah di depan mata, segera dikuasainya.
Saranghae Shintadev … Begini muasalnya … Tiga puluh enam kali purnama Shinta dimanjakan di dalam keputren Alengka. Ia ditemani Dewi Trijatha. Rahwana membawa Shinta dari hutan Ayodhya ke Alengka. Rahwana berniat meminangnya. Sang Raja Alengka sungguh mencintai Shinta. Namun banyak orang menyebutnya penculikan. Menempatkan Shinta di taman nan indah pun asri dituding penyekapan. [caption id="attachment_230875" align="aligncenter" width="622"]Kabut Asap Hanuman! Mendera Cinta Rahwana pada Shinta Relief di Candi Prambanan bercerita saat Jatayu menghadang niat Rahwana membawa Shinta ke Alengka.[/caption] Siang itu, Shinta sedang bersantai. Menikmati Alengka nan permai. Segar hembusan bayu samudera Hindia. Hijau hutan tropis Gunung Trikuta nan sejuk. Indahnya langit Alengka. Namun lamunan siang itu buyar. Tiba-tiba muncullah Hanuman. Shinta terperanjat. Hanuman menuturkan kedatangannya. Rama mengutusnya. Rama menanti segala informasi di Ayodhya, ibukota Kerajaan Kosala. Shinta bergeming. Menerawang jauh. Shinta bertanya-tanya. Mengapa Rama Wijaya, suaminya tidak segera datang untuk menolongnya? Mengapa saat ia dibawa pergi Rahwana, Rama tidak segera mengejar dan mencari dirinya? Bukankah dia titisan Dewa Wisnu yang ketujuh? Bukankah juga memiliki kesaktian yang tinggi? Mengapa Rama justru hanya mengutus Hanuman untuk menemui dirinya? Shinta menitikkan air mata. Tidak habis piker pada suaminya. Mengapa Hanuman diutus datang hanya untuk memberi kabar kalau Rama dalam keadaan baik-baik saja? Mengapa Hanuman hanya diutus untuk menyerahkan cincin kepadanya? Mengapa Hanuman tidak diutus membawanya kembali ke Ayodhya? Aku hanya Hadiah Sayembara … Shinta gemetar. Bibirnya tak mampu bersuara. Air matanya makin deras mengucur. Shinta menunduk. Tangannya erat mendekap dada. Nafasnya sesak. Putri kerajaan Wideha ini ingat dirinya hanyalah hadiah sayembara bagi Rama, pangeran dari kerajaan Kosala. Ya! Tak lebih dari hadiah sayembara! Love you too Rahwanaraj … Hanuman kebingungan. Wanita adalah misteri baginya. Hanuman pun ijin balik ke Ayodhya. Shinta tak menggubris. Ia mengok ke kanan. Singgasana Rahwana ada di sana. Shinta menyadari Rahwana adalah orang yang baik. Rahwana selalu bersikap sopan kepadanya. Dia tidak pernah disentuh, dijamah bahkan dilukai oleh Rahwana. Dewi Trijatha datang ke taman keputren. Memeluk Shinta. Bertanya-tanya ada apa gerangan. Shinta mulai menangis. Dalam namun lembut. Tangisan bahagia yang tidak dimengerti Trijatha. Shinta teringat kasak-kusuk betapa bahagianya Rahwana. Rahwana berubah menjadi seorang raja yang gembira, murah senyum, dan suasana istana pun berubah ceria. Ini semua terjadi semenjak Shinta berada di taman keputren. “Aku mencintainya,” gumam Shinta. Kabut Asap! Purnama silih berganti. Demikian pula musim panas dan penghujan yang saling berkejaran. Shinta mulai bisa tersenyum dan tertawa. Rahwana berbunga-bunga hatinya. Genta dan tetabuhan tiba-tiba terdengar bertalu-talu. Nirwana kecil bernama Alengkadiraja kacau balau. Hanuman mengamuk. Menjajal kemampuan para prajurit kerajaan. Indrajit, Sang Putera Mahkota melesat menuju pusat keributan. Hanuman ditaklukkannya. Kera putih ini tak lagi berkutik. Rahwana bertitah menghukum bakar hidup-hidup Hanuman. Kumbakarna tidak sepakat. Rahwana naik pitam. Mengusir Kumbakarna. Titah raja harus dilaksanakan. Hanuman Obong! Hanuman dibakar! Celaka bagi Alengka! Kera putih putera Bathara Bayu dan Anjani (keponakan Subali dan Sugriwa) ini membakar hutan dan pusat keramaian Alengka. Kabut asap pekat menyebar ke seantero negeri. Apa yang dilakukan Rahwana? Dia menyelamatkan Shinta. Turun Gunung Trikuta meninggalkan ibukota.   Di seberang sana, Rama menggelar suatu upacara di tepi laut. Upacara memohon bantuan Dewa Baruna mengeringkan samudera. Tiga hari Rama bersamadhi. Tidak mendapat jawaban. Kesabarannya habis. Jumawa Rama mengambil busur dan panahnya untuk mengeringkan samudera. Kiamat! Samudera akan binasa! Dewa Baruna akhirnya mau menjawab keangkuhan Rama. Menyarankan para wanara membuat jembatan batu tanpa perlu mengeringkan samudera. Wanara Anila ditunjuk sebagai arsitek. Jembatan "Ramasetu" usai dalam jangka singkat. Jembatan ini masih tersisa jejaknya, berada di antara India dan Sri Lanka. Kabut Asap Hanuman! Mendera Cinta Rahwana pada Shinta [caption id="attachment_230873" align="aligncenter" width="700"]Kabut Asap Hanuman! Mendera Cinta Rahwana pada Shinta Jembatan Ramasetu atau Jembatan Adam dibangun para wanara (kera) untuk Rama.[/caption] Di pekatnya kabut asap, pasukan koalisi Kosala dan para wanara merangsek Alengka. Ada pengkhianat. Wibisana, adik Rahwana. Menjalin kesepakatan untuk membantu Rama. Tujuannya, singgasana Alengka! Sepuluh hari peperangan besar terjadi. Rahwana akhirnya mati! Wibisana naik tahta Alengka. Shinta berderai air mata. Kesedihan menyayat hatinya. Shinta harus pulang ke Ayodhya. Bukan lagi sebagai sumber gembira Rahwana. Hanya sebagai hadiah sayembara. Apakah kisah romansa Shinta dan Rahwana usai sampai di sini? Apakah Shinta memang hanya sebagai hadiah sayembara bagi Rama? (*) Baca juga: Soal Keperawanan, Rama Cederai Martabat Shinta!