Jemaah Indonesia Masuki Tahapan Ibadah Haji Paling Menantang dan Berbahaya

jemaah melontar jumrah
jemaah melontar jumrah (Foto : )
Sebanyak 2,5 juta jemaah dari penjuru dunia sedang melakukan tahapan haji paling menantang dan berbahaya, yaitu melempar jumrah. Sudah banyak korban jiwa yang jatuh dalam tahapan haji yang satu ini di masa lalu.  
newsplus.antvklik.com
– Usai wukuf di Padang Arafah, para jemaah memasuki tahapan haji paling menantang dan berbahaya, yaitu melempar jumrah. Para jemaah haji bergerak dari Arafah menuju Muzdalifah untuk mengumpulkan batu kerikil lalu melempar jumrah di Mina. Jumrah Aqabah adalah jumrah terdekat ke arah Mekkah dan yang pertama didatangi jemaah. Selain itu juga terdapat Jumrah Ula yang terdekat ke Masjid Khaid dan Jumrah Wustha yang berada di antara Jumrah Ula dan Aqabah. [caption id="attachment_218902" align="alignnone" width="300"] Jemaah haji bergerak ke Mina secara berkelompok agar tidak tersesat (Foto: Istimewa)[/caption] Lempar jumrah yang menyimbolkan perlawanan umat muslim terhadap setan dianggap sebagai tahapan ibadah haji paling menantang dan berbahaya. Disebut menantang karena benar-benar menguras tenaga setiap jemaah.

Menguras Tenaga

Danil Daulay, seorang jemaah haji asal Medan Sumatera Utara menceritakan, perjalanan dari maktab (kemah) Indonesia ke area pelontaran jumrah di Mina berjarak paling sedikit 5 km. “Paling jauh 5 km. Pulang pergi 10 km. Normalnya waktu tempuh 2,5 jam sekali jalan, sebab banyak juga jemaah yang tua. Pulang pergi 5 jam,” kata Danil [caption id="attachment_218901" align="alignnone" width="300"] Banyak jamaah memakai kursi roda dan bergantian mendrong sesama jamaah satu kloter. (Foto: Danil Daulay)[/caption] Menurut Danil, banyak juga jemaah memakai kursi roda. Biasanya mereka berganti-gantian mendorong sesama jemaah satu kloter. Bahkan waktu perjalanan bisa bertambah jika ada jemaah yang tersesat. “Barusan jumpa dengan petugas pembimbing ibadah haji. Beliau baru sampai kemah setelah 9 jam perjalanan. Sebab ada jamaah yang tersasar,” kata Danil. [caption id="attachment_218905" align="alignnone" width="225"] Petugas kesehatan Indonesia melontar jumrah (Foto: Danil Daulay)[/caption] Sementara Usman, jemaah haji khusus dari Jakarta mengatakan, lokasi maktabnya lebih dekat dengan Jumrah Aqabah. Tapi tetap memakan waktu dan tenaga untuk berjalan kaki, apalagi bagi yang sudah berusia uzur. “Tergantung tempat maktabnya. Kalau kami pulang pergi 4 km lebih. Yang (haji) regular bisa lebih jauh lagi (lokasi maktabnya),” jelas Usman. [caption id="attachment_218903" align="alignnone" width="300"] Para jemaah beristirahat sejenak selama perjalanan menuju area pelontaran (Foto: Danil Daulay)[/caption]

Dua Metode

Ada dua metode dalam melontar jumrah, yaitu disebut sebagai nafar awal dan nafar tsani. Jemaah haji gelombang pertama mengambil nafar awal, menginap di Mina selama 2 hari 1 malam. Jemaah haji gelombang kedua mengambil metode nafar tsani, 3 hari dua malam di Mina. [caption id="attachment_218904" align="alignnone" width="227"] Area pelontaran dibuat 3 lantai guna antisipasi kepadatan jemaah (Foto: Danil Daulay)[/caption] Guna mencegah terjadi penumpukan jemaah di Jamarat Mina, Pemerintah Arab Saudi telah mengeluarkan aturan waktu larangan lontar jumrah. Seperti jemaah Indonesia pada 10 Dzulhijjah dilarang lontar jumrah pada 04.00-10.00 waktu setempat dan pada 12 Dzulhijjah pukul 10.00-14.00 waktu setempat. Tragedi Mina yang merenggut banyak korban jiwa memang sudah berulangkali terjadi. Bahkan pada 1990 sebanyak 1426 jemaah dilaporkan meninggal dunia akibat berdesak-desakan dan saling injak di terowongan Haratul Lisan, Mina. Karena itu tak heran, melempar jumrah disebut sebagai tahapan ibadah haji yang paling menantang dan berbahaya.