Gereja Kuno di Semarang Ini disebut Gereja Blenduk. Kenapa Ya?

Gereja Kuno Ini disebut Gereja Blenduk. Kenapa Ya? (Foto : )

Gereja Blenduk dilihat dari atas yang berbentuk oktagonal. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Dilansir dari situs kebudayaan.kemendikbud.go.id arsitektur Gereja Blenduk adalah sebuah gaya arsitektur yang berkembang di Eropa sekitar abad 17-19 Masehi. Denahnya berbentuk segi delapan beraturan dan atap berbentuk kubah.[caption id="attachment_341908" align="alignnone" width="900"] Seperti bangunan di Eropa padahal di Kota Semarang. Foto: Teguh Joko Sutrisno[/caption]Gereja ini berdiri di atas lahan seluas 400 meter persegi, persis di tepi jalan kawasan Kota Lama yang sekarang diberi nama jalan Soeprapto.Saya beberapa kali datang ke Gereja Blenduk tapi sekedar melintas atau mengamatinya berlama-lama dari luar. Kalau masuk ke dalam gereja, yang saya ingat baru sekali, itu pun beberapa tahun lalu. Tapi karena gereja ini adalah cagar budaya, keadaan di dalamnya kurang lebih sama, karena aturan cagar budaya memang harus mempertahankan keasliannya.[caption id="attachment_341911" align="alignnone" width="900"] Tampak area dalam Gereja Blenduk, yang berada di kawasan Kota Lama Semarang Jalan, Letjen Suprapto, No 32, Jumat (14/2/2020). Foto: Muhammad Khoiru Anas[/caption]Memasuki dalam ruangan gereja, aroma-aroma kuno masih tetap terasa. Wajar karena ini adalah bangunan tua. Namun ini masih jauh lebih baik dibanding bangunan sekitar yang perawatan belumlah sebaik gereja ini.Untuk ukuran bangunan tua, Gereja Blenduk termasuk bersih dan rapi. Ruang tengah dipakai untuk jemaat beribadah. Cukup luas untuk kebaktian di hari Sabtu Minggu. Ada tangga yang menghubungkan lantai dasar dengan sebuah balkon di atas. Balkon dipakai untuk alat musik pengiring ibadah.Secara tata letak dan peralatan hampir sama dengan kebanyakan gereja, namun di Gereja Blenduk ini suasana dan tata ruangnya tetap mempertahankan suasana tempo dulu. Begitu juga perlengkapan ibadah seperti mimbar dan lain-lain.[caption id="attachment_341909" align="alignnone" width="900"] Jam di salah satu menara yang masih asli meski sudah tidak jalan. Foto: Teguh Joko Sutrisno | ANTV[/caption]Gereja ini masih dipakai untuk kegiatan ibadah umat Kristiani. Masih kokoh meski sudah berumur lebih dari 2 abad. "Rutin tiap Sabtu Minggu seperti biasa untuk kebaktian. Juga tiap hari besar seperti paskah dan natal," kata penjaga gereja.[caption id="attachment_341910" align="alignnone" width="900"]