Masjid Jami Al Anwar, Saksi Bisu Letusan Dahsyat Gunung Krakatau 1883

Masjid Jami Al Anwar, Saksi Bisu Letusan Dahsyat Gunung Krakatau 1883
Masjid Jami Al Anwar, Saksi Bisu Letusan Dahsyat Gunung Krakatau 1883 (Foto : antvklik-Pujiansyah)

Nama tersebut diharapkan masjid tersebut dapat menjadi sumber cahaya kehidupan yang dapat menerangi umat. Nama masjid itulah yang dipakai sampai sekarang.

Lebih lanjut Rusdi menceritakan, meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi.

Ada beberapa bagian yang tetap dipertahankan di masjid tersebut, seperti meriam peninggalan Belanda di depan masjid, bedug hadiah dari Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) yang tetap disimpan sampai sekarang. 

Serta kitab-kitab peninggalan sejak dahulu dari berbagai bahasa yang disimpan di perpustakaan masjid.

"Yang paling dipertahankan di masjid ini adalah meriam Belanda di depan yang masih ada sampai sekarang, karena dulu kan belum ada sirine masjid seperti zaman sekarang, itu digunakan buat peringatan buka puasa. Kalau sekarang hanya dibuat pajangan. Lalu, ada bedug kecil, dari 1988 dan sumur tua sedalam 20 meter yang tetap digunakan sampai saat ini," ucap Rusdi.

Rusdi mengungkapkan, Masjid Jami Al-Anwar bukan hanya menjadi masjid tertua di Lampung dan tempat bagi masyarakat untuk belajar mengaji sejak zaman dahulu. Tetapi juga menjadi markas para pejuang kemerdekaan di Lampung.

img_title
Moncong Meriam Simbol Perlawanan Terhadap Penjajah. (Foto: antvklik-Pujiansyah)