Hati-Hati, Kenali Gejala Awal dan Penyebab HIV/AIDS

Gejala Awal dan Penyebab HIV/AIDS
Gejala Awal dan Penyebab HIV/AIDS (Foto : Freepik/h9images)

Antv – Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi kronis yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Dengan merusak sistem kekebalan tubuh, HIV mengganggu kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

Melansir mayoclinic.org, Selasa, 29 Agustus 2022, HIV sendiri merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang bisa menyebar melalui kontak dengan darah dan penggunaan narkoba suntikan atau lewat jarum suntik. Penyakit ini juga bisa menular dari ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan, atau menyusui.

Tanpa pengobatan, mungkin perlu waktu bertahun-tahun sebelum akhirnya HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan seseorang mengidap AIDS.

Tidak ada obat untuk HIV/AIDS, tetapi obat-obatan tertentu dapat mengendaikan infeksi dan mencegah perkembangan penyakit. Pengobatan antivirus untuk HIV telah mengurangi kematian akibat AIDS di seluruh dunia.

Organisasai internasional juga telah bekerja untuk meningkatkan ketersediaan tindakan pencegahan dan pengobatan di negara-negara miskin sumber daya.

Gejala HIV/AIDS

Gejala HIV dan AIDS sangat bervariasi dan bergantung pada fase infeksi.

Infeksi primer (HIV Akut)

Beberapa orang yang terinfeksi HIV menunjukkan tanda-tanda penyakit seperti flu dalam waktu dua minggu sampai empat minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Kondisi HIV primer (akut) dapat berlangsung selama beberapa minggu.

Kemungkinan tanda dan gejala:

Demam

Sakit kepala

Nyeri otot dan nyeri sendi

Ruam

Sakit tenggorokan dan sariawan yang menyakitkan

Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher

Diare

Penurunan berat badan

Batuk

Berkeringat di malam hari

Gejala-gejala ini bisa sangat ringan sehingga seseorang mungkin tidak menyadarinya. Namun, jumlah virus dalam aliran darah (viral load) cukup tinggi di kondisi ini. Akibatnya, infeksi menyebar lebih mudah menyebar dibandingkan di kondisi yang lain.

Infeksi Laten Klinis (HIV kronis)

Pada tahap infeksi ini, HIV masih ada di dalam tubuh dan di sel darah putih. Namun, banyak orang mungkin tidak memiliki gejala atau infeksi selama tahap ini.

Tahap ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun jika penderita menerima terapi antiretroviral (ART). Sebagian penderita yang lain mengalami perkembangan penyakit yang lebih parah dan lebih cepat.

Infeksi HIV simtomatik

Ketika virus terus berkembang biak dan menghancurkan sel-sel kekebalan tubuh, seseorang mungkin mengalami infeksi ringan atau tanda dan gejala kronis seperti:

Demam

Kelelahan

Pembengkakan kelenjar getah bening

Diare

Penurunan berat badan

Infeksi jamur mulut (sariawan)

Herpes Zoster 

Radang paru-paru

Perkembangan HIV menuju ke AIDS

Akses ke pengobatan antivirus yang lebih baik telah secara dramatis menurunkan kematian akibat AIDS di seluruh dunia, bahkan di negara-negara miskin sumber daya. Berkat perawatan yang menyelamatkan jiwa ini, kebanyakan orang dengan HIV di AS saat ini tidak sampai berkembang ke AIDS.

Jika tanpa pengobatan, kondisi HIV biasanya akan semakin parah dan berubah menjadi AIDS dalam kurun waktu sekitar delapan hingga sepuluh tahun.

Ketika AIDS terjadi, sistem kekebalan tubuh telah rusak parah. Seseorang akan lebih mungkin terserang penyakit yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan yang sehat. Kondisi ini disebut dengan infeksi oportunistik atau kanker oportunistik.

Tanda dan gejala dari beberapa infeksi ini mungkin termasuk:

Berkeringat

Panas dingin

Demam berulang

Diare kronis

Pembengkakan kelenjar getah bening

Bintik-bintik putih atau lesi di lidah atau mulut

Kelelahan terus-menerus

Kelemahan

Penurunan berat badan

Ruam kulit atau benjolan

Penyebab HIV/AIDS

HIV disebabkan oleh virus. Virus ini dapat menyebar melalui kontak seksual, penggunaan narkoba suntikan atau berbagi jarum suntik, kontak dengan darah orang yang terinfeksi, atau dari ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan, atau menyusui.

HIV menghancurkan sel CD4 T, sel darah putih yang berperan besar dalam membantu tubuh melawan penyakit. Semakin sedikit sel CD4 T yang dimiliki, sistem kekebalan tubuh akan semakin lemah.

Bagaimana HIV menjadi AIDS?

Seseorang dapat memiliki infeksi HIV, dengan atau tanpa gejala selama bertahun-tahun sebelum akhirnya berubah menjadi AIDS. AIDS terdiagnosis ketika jumlah sel CD4 T turun hingga di bawah 200 atau ketika seseorang memiliki komplikasi terdefinisi AIDS, seperti infeksi serius atau kanker.

Bagaimana HIV menyebar?

Untuk bisa terinfeksi HIV, darah yang terinfeksi, air mani, atau cairan vagina harus masuk ke dalam tubuh seseorang. Ini dapat terjadi dalam beberapa cara:

Dengan berhubungan seks

Seseorang mungkin terinfeksi jika melakukan hubungan seks, baik secara vaginal, anal, maupun oral dengan pasangan yang telah terinfeksi.

Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh melalui sariawan atau robekan kecil yang terkadang ditemui di rektum atau vagina saat melakukan aktivitas seksual.

Dengan berbagi jarum

Berbagi alat suntik yang terkontaminasi menampatkan seseorang pada risiko tinggi HIV dan penyakit menular lainnya, seperti hepatitis.

Dari transfusi darah

Dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah. Rumah sakit dan bank darah menyaring suplai darah dengan ketat, jadi risiko ini sangat kecil terjadi di AS dan negara-negara berpenghasilan menengah ke atas. 

Risikonya mungkin lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah yang tidak melakukan penyaringan secara ketat terhadap darah-darah yang didonorkan.

Selama masa kehamilan, persalinan atau menyusui

Ibu yang terinfeksi dapat menularkan virus kepada bayinya ibu yang positif HIV dan mendapatkan pengobatan untuk infeksi selama masa kehamilan dapat menurunkan risiko penularan secara siginifikan pada bayi mereka.