Kini Pengobatan TBC Resisten Obat Akan Sembuh Lebih Cepat dengan Obat Jenis Ini!

Kini Pengobatan TBC Resisten Obat Akan Sembuh Lebih Cepat dengan Obat Jenis Ini!
Kini Pengobatan TBC Resisten Obat Akan Sembuh Lebih Cepat dengan Obat Jenis Ini! (Foto : Dok. BCF)

AntvPengobatan untuk pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) kerap terkendala pada konsistensi pasien dalam melakukan pengobatan. Tak jarang, pasien TB RO mengalami putus obat lantaran panjangnya durasi pengobatan yang selama 20-24 bulan.

Pengobatan TBC mengalami perkembangan setelah diterapkannya BPaL (Bedaquiline, Pretomanid, dan Linezolid) oleh WHO dengan jangka waktu yang lebih singkat dari sebelumnya.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Dinda Saraswati Ratnaningsih, Sp.PD, Tim Ahli Klinis POLI MDR RSUP dr. Kariadi, Semarang dalam program “NGOPI (Ngobrol Pagi) Kesehatan” di siaran langsung radio Gajahmada FM.

Siaran yang juga turut dihadiri oleh Dr. Supriyanto, M.Pd, Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia ini bertajuk “Dukung Pengobatan TBC RO Lebih Cepat dengan BPaL!”.

Menurut dr. Dinda, pengobatan BPaL diangkat sebagai terobosan baru dengan hasil yang signifikan, terlebih dengan singkatnya durasi peminuman obat oleh pasien.

Dengan waktu yang sudah singkat, diharapkan pasien dapat semakin semangat untuk meminum tanpa ada kendala drop-out karena terlalu lama.

Dalam rangka inisiasi dan implementasi BPaL bagi pasien TB RO di Jawa Tengah, Yayasan Mentari Sehat Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kesehatan di Kabupaten dan Kota serta Puskesmas untuk melakukan screening suspek pasien TB.

Yayasan MSI berkontribusi penuh sebagai komunitas yang berpartisipasi terhadap eliminasi TB di Jawa Tengah. Bergerak sejak tahun 2021, Yayasan MSI sudah membantu lebih dari ribuan pasien dengan menggandeng Kader dalam proses pelacakan dan pendampingan obat.

Saat ini Yayasan MSI erat berkolaborasi dengan Bakrie Center Foundation dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC lintas sektor melalui magang Campus Leaders Program batch 8.

"Sebagai peringkat kedua di dunia, Indonesia harus menyikapi peningkatan kasus TB sebagai hal yang positif mengingat tanpa ada penemuan kasus, pengobatan untuk TB tidak akan berjalan,” jelas Dr. Supriyanto.

Tantangan terbesar dalam penemuan kasus TB adalah tingginya stigma negatif tentang TB. Masyarakat masih cenderung takut untuk memeriksa apabila terdapat gejala yang muncul.

“Kunci untuk mengurangi stigma adalah masyarakat harus diberikan informasi yang cukup tentang TBC. Kita lihat saat ini, informasi tentang TB masih cukup terbatas, bahkan bisa saja satu tahun sekali tergantung akan momen seperti sekarang ini.” pungkas Dr. Supriyanto.

Oleh karena itu, melalui dukungan terhadap pengobatan BPaL pemerintah perlu memberikan langkah serius dalam percepatan eliminasi TB tahun 2030.

Salah satunya adalah memasifkan pemberian informasi melalui media sosial resmi sehingga masyarakat kian memahami pentingnya edukasi pencegahan TBC.