Kamp Pengungsi Rohingya Terbakar, sedikitnya 10.000 pengungsi terlantar

Kamp 11 Balukhali Rohingya di Cox Bazaar, Bangladesh Terbakar
Kamp 11 Balukhali Rohingya di Cox Bazaar, Bangladesh Terbakar (Foto : Reuters)

Antv – Sebuah kebakaran hebat terjadi di salah satu kamp pengungsi Rohingya yang padat di wilayah Cox Bazaar, Bangladesh Selatan. Badan Pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan bahwa ribuan pengungsi kini tidak memiliki tempat tinggal akibat kebakaran tersebut. 

Pihak Perwakilan Departemen Kebakaran Balukhali menjelaskan kepada Al Jazeera bahwa sedikitnya 2.000 gubuk hangus terbakar akibat kebakaran yang dihuni oleh ribuan pengungsi. 

Kebakaran hebat tersebut terjadi di Kamp 11 yang berada di wilayah perbatasan dimana sekitar satu juta pengungsi asal Rohingya mendapatkan suaka politik, yang meninggalkan Myanmar karena konflik politik pada tahun 2017. 

Kamp Balukhali merupakan salah satu dari 32 kamp pengungsi di wilayah Cox Bazaar, Bangladesh.

Setiap gubuk dihuni empat sampai lima orang hidup bersama sebagai sebuah keluarga dan lebih dari separuh populasi adalah wanita dan anak-anak.

Sejauh ini, dilaporkan tidak ada korban jiwa sementara petugas masih melakukan pencarian korban di lokasi kebakaran. 

Proses pemadaman kebakaran cukup sulit dikarenakan kondisi medan kamp pengungsi merupakan kawasan perbukitan. Hal tersebut juga menyulitkan tim penyelamat bekerja serta bagi korban untuk menyelamatkan diri.   

Terlebih lagi, Fasilitas kesehatan di sekitar lokasi sangatlah tidak sempurna untuk memberikan pelayanan cepat. Ada cukup rumah sakit lapangan tersedia tetapi tidak cukup menampung 1,2 juta orang. 

 

 

Perwakilan Badan Pengungsi PBB, Regina De La Portilla menjelaskan kepada Al Jazeera bahwa mayoritas gubuk-gubuk tersebut terbuat dari bambu dan kain terpal. 

"Material-material yang digunakan di kamp pengungsi merupakan bahan tidak permanen yang mudah terbakar dan api cepat menyebar karena material tersebut," kata Regina De La Portila 

"Kami telah mengerahkan 90 relawan pekerja kesehatan (termasuk para pengungsi) yang telah terlatih untuk memberikan pertolongan pertama dan bantuan psikologis, dan jika ada yang membutuhkan pertolongan lebih lanjut akan diarahkan ke layanan kesehatan untuk menangani trauma," tambahnya. 

Regina De La Portilla menambahkan bahwa sepertiga populasi Kamp Balukhali telah kehilangan tempat tinggal serta harta benda mereka. Hingga kini, nasib mereka masih belum ada kepastian. 

Untuk diketahui, lebih dari satu juta pengungsi Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh dari Myanmar selama beberapa dekade, termasuk pula sekitar 740.000 pengungsi yang menyeberangi perbatasan mulai dari Agustus 2017 ketika pihak militer Myanmar menggencarkan serangan brutal. Kondisi Myanmar semakin buruk sejak kudeta militer tahun 2021. 

Suku Rohingya yang mayoritas muslim telah mengalami diskriminasi secara meluas di negara Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, manakala status kewarganegaraan serta hak-hak asasi Rohingya diabaikan.