Ketum PBNU Gus Yahya Sandang Gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijaga

Gus Yahya Sandang Gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijaga
Gus Yahya Sandang Gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijaga (Foto : antvklik-Andri Prasetiyo)

Antv – Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyandang gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penganugerahan tersebut digelar pada Senin (13/2/2023) yang disimbolkan dengan penyerahan ijazah dari Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof Al Makin.

Melalui momen penerimaan gelar kehormatan tersebut, Gus Yahya, begitu ia disapa, menyampaikan pidato ilmiahnya.

Pidato tersebut berisikan kecemasannya pada kehadiran Islam dalam lingkup realitas situasi kekinian.

Belum lagi, menurut Gus Yahya, Islam malah berada di bawah tekanan dan serangan dari berbagai arah. Ditambah pula dengan kemunculan radikalisme dan terorisme.

Dalam pidatonya, Gus Yahya mengaku merasa beruntung pernah bertemu dengan Presiden Keempat Republik Indonesia KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Menurutnya, sosok Gus Dur memberikan inspirasi, pengetahuan, pengalaman, dan akses baginya, termasuk soal realitas.

"Dia dalam banyak kesempatan kemudian membuka jalan saya tentang realitas," katanya.

Gus Yahya kemudian membagikan pelajaran yang ia dapat dari sosok Gus Dur. Salah satunya soal perjuangan untuk kemenangan kemanusiaan. 

Pasalnya, kata Gus Yahya, peperangan atau konflik antarkelompok tidak akan menghasilkan satupun pemenang. Sebaliknya, kekalahan bagi semua pihak.

"Pelajaran saya dari Gus Dur, saya menyadari tidak ada jalan terbaik untuk menolong kondisi Islam daripada perjuangan untuk kemanusiaan," tutur dia.

Lebih lanjut, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, Jawa Tengah tersebut mengatakan, kemenangan kemanusiaan tersebut adalah kemenangan semua kelompok.

Artinya, kemenangan itu tidak hanya dimiliki Islam, tetapi juga Kristen, Hindu, Syiah, Sunni, dan sebagainya.

"Jika kemanusiaan menang, semua menang. Kemanusiaan menang, Islam memang. Kemanusiaan menang, Kristen menang. Kemanusiaan menang Hindu menang. Semua orang menang. Syiah menang. Sunni menang," kata Gus Yahya.

Berkenaan dengan hal itu, Gus Yahya membeberkan, aktivitasnya yang dilakukan saat ini berhubungan dengan peradaban kemanusiaan. Khususnya, kebaikan untuk peradaban manusia.

Sementara, Ketua Tim Promotor Prof H Machasin menambahkan, kontribusi Gus Yahya dalam keagamaan tidak hanya ditujukan bagi warga Nahdliyin. 

Sebaliknya, kontribusinya juga merujuk pada warga dari komunitas organisasi atau agama lainnya.

"Punya aktivitas agama tidak hanya bagi komunitasnya, tetapi juga bagi luar komunitasnya," ungkap dia.

Diketahui, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa (DHC) kepada tiga pemimpin keagamaan dunia.

Ketiga tokoh itu adalah Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf, kemudian Kardinal dari Vatikan, Miguel Angel Ayuso Guixot yang menjabat Prevek Dikasteri untuk Dialog Antar Agama Vatikan, serta Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 yang saat ini menjabat Dewan Pakar Majelis Pelayanan Sosial PP Muhammadiyah, Sudibyo Markus.

Penganugerahan gelar kehormatan kepada ketiga tokoh tersebut digelar dalam Rapat Senat Terbuka di UIN Sunan Kalijaga, Senin 13 Februari 2023. 

Sejumlah tokoh publik juga hadir dalam acara tersebut, seperti Menko Polhukam Mahfud MD, Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, MenPAN RB Abdullah Azwar Anas, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, dan Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

"UIN Sunan Kalijaga sangat bersyukur, sangat beruntung menerima anugerah. Jadi bukan kita yang menganugerahi tapi menerima anugerah tiga pemimpin dunia," kata Rektor UIN Sunan Kalijaga Phil Al Makin kepada wartawan, Senin (13/2/2023).

Pemberian gelar DHC kepada ketiga tokoh tersebut karena dianggap banyak berkiprah dalam bidang kerukunan antar umat beragama. Kiprah ketiganya bahkan tidak hanya di dalam negeri namun hingga tingkat global.

Al Makin mencontohkan, Kardinal Ayuso adalah seorang model pemimpin yang turut menyertai dokumen penting Fratelli Tutti karya Paus Fransiskus. Kardinal Ayuso juga diharapkan menjadi sosok yang mendamaikan.

"Jadi ini adalah anugerah bagi UIN Sunan Kalijaga, pesan yang sangat penting yang akan kita teruskan sehingga kita mempunyai cara berpandangan beragama sebagaimana yang dipromosikan di dalam dokumen-dokumen penting Katolik seperti Nostra Aetate dan lain-lain," ungkapnya.

Al Makin melanjutkan, UIN Sunan Kalijaga juga merasa bersyukur memiliki Yahya Cholil Staquf. Aktivitasnya sebagai seorang aktivis dan pemimpin umat tidak perlu diragukan lagi.

"Kelapangan hatinya dan juga tindakan beliau yang mengayomi kepada semua umat ini menjadi anugerah bagi UIN Sunan Kalijaga," ujarnya.

Selain keduanya, Al Makin juga mengaku bersyukur memiliki tokoh bernama Sudibyo Markus. Apalagi ia dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah yang banyak berkiprah di tingkat dunia.

"Misalnya bagaimana beliau mengirim bantuan lewat Jalur Gaza dan mengontak teman-teman beliau yang beragama lain untuk membantu bantuan kemanusiaan. Dan juga beliau bagiamana berjuang untuk mendamaikan dari tahun 2008 sampai tahun tahun lalu 2022 antara pemerintah Filipina dan juga kelompok Islam Moro," bebernya.

"Kalau anda semuanya resapi perhatikan pidato dari ketiga yang mendapatkan Doktor Honoris Causa kita mendapatkan pelajaran banyak tentang pengalaman-pengalaman mereka, tentang tafsir mereka atas agama mereka yang sangat unik dan saya kira inilah yang kita perlukan untuk Indonesia," tandasnya.