Kasihan Presiden, Sudah Berulang Kali Marah Soal Impor

Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo (Foto : Tangkap Layar)

Antv – Kasihan Presiden Jokowi.  Ayah Gibran dan Kaesang itu, kita catat sebagai satu- satunya  pihak yang paling concern untuk menekan belanja impor kita.  Tidak hanya mengingatkan, bahkan sudah disertai pula ancaman. Ia akan mencopot menteri atau pembantunya yang tidak mau mengurangi belanja impor. Namun, sejauh ini tampaknya belum ada hasilnya sehingga Presiden pun marah lagi. 

Sampai di sini kita cuma  bisa mengurut dada. Sebegitu rumitkah  urusan impor itu? Presiden saja dengan segala perangkat kekuasaannya, mestinya tidak ada persoalan yang susah untuk melaksakan visi pemerintahannya. Pengambil keputusan belanja impor adalah pembantunya : para menteri atau kepala badan dan instansi negara seluruhnya di bawah komando presiden. Ibarat kata,  Presiden tinggal duduk manis  dan selfie-selfie saja suka hati, semua  visi akan berjalan mulus.  Jika ada menteri yang terbukti tidak mampu tinggal ganti. Yang  membangkang tinggal perkarakan. Mengerahkan aparat hukum pun tinggal perintah.

Namun,  imbauan, instruksi, dan dengan ancaman pun seakan tidak ada yang perduli. Faktanya begitu. Presiden seperti bertepuk sebelah tangan.

Menimbang Kemarahan Presiden.

Masih segar dalam ingatan, dalam artikel " Menimbang Kemarahan Presiden Kepada Empat Menteri " (31 Maret 2022) saya menulis mengenai kegusaran Presiden terhadap impor. Waktu itu Presiden bahkan menyebut secara eksplisit nama menteri yang membuang-buang devisa karena orientasinya belanja impor. Yakni, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Mendikbud  Nadiem Makarim yang dulu digadang-gadang sebagai sosok milineal dalam kabinet. Toh kena "damprat" juga. Lantaran, waktu itu, baru membelanjakan 2 trilyun rupiah anggaran instansinya untuk barang produksi dalam  negeri.

Lalu kita pun menanti apa yang akan dilakukan Presiden kepada pembantunya yang nama- namanya sudah diumumkan itu. 

Momen reshuffle kabinet bulan Juni atau tiga bulan setelah kejadian marah, ternyata bukan tentang empat menteri dimaksud. Reshuffle terkesan