Soal "Berantem", Jokowi dan Fahri Hamzah Sepaham? Ini Bedanya..

JOKOWI VS FAHRI
JOKOWI VS FAHRI (Foto : )
Kata "berantem" banyak dibahas netizen setelah pidato Jokowi di depan relawan pendukungnya di Sentul, Sabtu (4-8-2018) lalu.  Tak lama berselang, ucapannya soal berantem menuai polemik. Dari buzzer hingga elit politik ikut berkomentar, ada yang nyinyir ada yang berusaha menjelaskan maksudnya. Fahri Hamzah yang dikenal kritis terhadap Jokowi menilai  pidato tersebut akan mengadu domba rakyat. ""
Namanya relawan, kan orang rela yang datang berkerumun dengan ketidakjelasan itu mau disuruh berantem, kalau berantem siapa mau tanggungjawab? Namanya relawan. Kita nggak bisa lacak itu siapa. Dan itu bisa menciptakan anarki. Berhentilah memecah belah rakyat,
" kata Fahri di DPR Senin lalu seperti dikutip Vivanews.com. Pernyataan Fahri direspons oleh Cyril Roul Hakim,  seorang  netizen pendukung Jokowi dengan mengunggah cuitan  lama Sang Wakil Ketua DPR itu soal "berantem"   [caption id="attachment_128538" align="alignnone" width="900"]cuitan berantem akun cyril Raoul hakim memposting  cuitan lama fahri hamzah soal "berantem"[/caption] Postingan ini mendapat dukungan dari para pendukung Jokowi dan juga pendukung Fahri Hamza. Menurut  akun phoenix dakota , tak bisa disamakan antara posisi Jokowi yang seorang presiden dan Fahri Hamzah  sebagai oposisi. begini tanggapannya "    Tapi kan Jkw presiden RI, klo FH anggota DPR, oposisi pula. Tugas & fungsi kedua orang ini beda. Presiden ga boleh ngemeng kaya gitu, dia hrs berdiri ditengah. Bahkan setelah jadi presiden dia hrs mendahulukan kepentingan bangsa diatas partainya. Masa gitu aja lu ga ngerti? Polemik kata berantem ini memangg bermula dari pidato Jokowi di hadapan ribuan relawannya. Begini Katanya " Saat itu  Jokowi  mengatakan " Sekali lagi, jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian. Jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela. Tidak usah suka menjelekkan orang lain, tapi kalau diajak berantem juga berani". Relawan pun bersorak mendengar pernyataan Jokowi. Namun setelah itu  Jokowi mengingatkan kembali para relawannya, " Tapi jangan ngajak lho. Saya bilang tadi, saya bilang tadi tolong tadi, tolong digarisbawahi, jangan ngajak. Kalau diajak? . Dalam siaran persnya , Ketua Panitia Rapat Umum Relawan Jokowi , Viktor S Sirait menulis, pernyataan Presiden Jokowi "Kalau diajak berantem harus berani" adalah dalam konteks memberikan semangat bagi seluruh relawan agar jangan diam dan harus berani melawan ketika ada kebohongan, fitnah dan hoax. "Semua pihak harusnya menggunakan akal sehat, gunakan logika yang sehat, tidak memutar balikan fakta, sehingga dinamika demokrasi kita akan semakin baik sehat ke depan" ujar Viktor. Viktor boleh saja berharap semua pihak bisa menggunakan akal sehat. Namun dalam tahun politik ini, bukankah sebaiknya  sebagai presiden, Jokowi dapat menghindari ucapan yang bisa menuai kontroversi sehingga bisa  diplintir  lawan politiknya . Nah, membandingkan  cuitan lama Fahri Hamzah soal berantem dengan pernyataan berantemnya Jokowi di hadapan relawan , rasanya kurang  pas. Sebab,  saat ini  Sang Wakil Ketua DPR ini tidak sedang bertanding merebut posisi presiden bahkan menjadi anggota DPR. Nah, jadi ini bukan soal setuju atau sekubu  ya....