Kisah Tersisa dari Kunjungan Presiden Jokowi ke Kabul

Presiden Jokowi di Afganistan
Presiden Jokowi di Afganistan (Foto : )
Presiden Joko Widodo sudah tiba kembali di Jakarta dan memimpin sidang kabinet kemarin. Namun pergunjingan seputar perjalanannya ke Kabul masih menghiasi ruang media sosial. Isu pencitraan saat Jokowi menjadi imam shalat di Masjid Kabul menjadi salah satunya. Sejak awal kepergian Presiden Jokowi ke Kabul memang diwarnai berbagai  kejadian.Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengisahkan, selama kunjungan yang dimulai dari Sri Lanka, India, Pakistan, Bangladesh, dan terakhir ke Afghanistan pihaknya terus berkomunikasi dengan Menlu dan  selalu berkonsultasi dengan presiden. Saat itu di Afghanistan sedang terjadi ledakan yg bertubi-tubi dalam satu minggu, terakhir sebelum kunjungan Presiden Jokowi ke Kabul , dan pesawat kepresidenan mendarat pada pagi hari ada serangan di Akademi Militer Afganistan yang menelan korban beberapa orang tewas. Sebelumnya sebuah ambulance meledak dan menelan korhan lebih dari 100 orang." Pada waktu itu kami laporkan pada presiden mengenai kondisi dan juga laporan intelijen. Namun kunjungan Presiden Jokowi ke Kabul itu harus tetap dilaksanakan."Saya akan berkunjung ke Afghanistan, dengan kondisi apapun,"kata Presiden Jokowi.Tentunya saya tetap memberikan informasi dan Presiden Jokowi sudah memutuskan, "Sudahlah, bismillah, saya akan berkunjung ke Afghanistan,' kata Presiden Jokowi. Akhirnya kunjungan Presiden Jokowi ke Kabul  itu pun tetap dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pesawat presiden itu mendarat jam 11.40 dan disambut oleh Wapres Afghanistan, Menlu, dan beberapa menteri yang lainnya di bandara.Pramono mengisahkan dirinya, Menlu Retno Marsudi, Teten Masduki, semuanya sudah siap mengenakan rompi anti peluru. Namun Presiden Jokowi ternyata tak mau menggunakan rompi tersebut. Akhirnya kami semua membuka kembali rompi anti peluru,"kata Pramono. Yang menggunakan rompi anti peluru adalah Danpaspamres dan anggotanya yang mengawal Presiden Jokowi.Yang lucu, karena lupa membawa baju dingin, Teten menyelempangkan selimut pesawat. Alhasil para ulama Afganistan menganggap Teten sebagai wakil ulama Indonesia. [caption id="attachment_75559" align="aligncenter" width="300"]
Teten Masduki
Teten Masduki dan rombongan Presiden RI [/caption]Dalam perjalanan dari bandara, Presiden Jokowi tidak menggunakan kendaraan lapis baja, presiden tetap menggunakan kendaraan Mercedez anti peluru yang disediakan oleh pemerintah Afghanistan.Perjalanan dari bandara ke lokasi istana itu memang hanya kurang lebih 10 menit. "Walaupun jaraknya hanya 5,8 km. Tapi sepanjang jalan memang menegangkan. Ada helikopter di atas, ada balon udara yg memantau,"kata Pramono.Usai melakukan pembicaraan dengan Presiden Afganistan Pembicaraan masuk waktu salat dzuhur. Presiden kemudian diajak oleh Presiden Afghanistan ke tempat lokasi solat dzuhur. Sebelum mengambil air wudhu, presiden mendapatkan kehormatan untuk menerima pakaian yg dikenakan presiden pada saat salat dzuhur. "Presiden juga memberikan kopiah yg telah disiapkan dari Jakarta, yang ukurannya sesuai dengan kepala Presiden Afghanistan. Setelah itu salat bersama,"kata Pramono Anung.Pada saat salat pertama, yaitu melaksanakan salat dzuhur, yang menjadi imam adalah imam besar Afghanistan. Setelah selesai salat dzuhur, presiden meminta izin kepada Presiden Afghan dan imam besar untuk melakukan salat jamak ashar takdim.Ketika itu presiden mempersilakan dubes, atau yang lain, bahkan tuan rumah untuk menjadi imam. Kemudian, Presiden Afghanistan, imam besar, dan semuanya mempersilakan Presiden JOkowi untuk menjadi imam. "Jadi Presiden Jokowi memimpin imam untuk salat jamak Ashar, 2 rakaat,"kata Pramono.Saat itu, Danpaspamres Mayjen TNI Suhartono berada di mesjid itu dan mengisahkan. "Karena kita musafir punya kemudahan itu. Jadi selesai sholat Dzuhur Presiden minta ijin pada presiden Afghanistan untuk melanjutkan sholat Ashar dijamak seperti biasa kalau kunjungan ke daerah-daerah, lalu presiden menoleh ke saya (Danpaspampres) yang ada di syaf belakang beliau dan berkata “kita lanjut sholat ashar dijamak Yaa ? saya jawab “siap ... !” lalu saya iqomah,"kata Danpaspamres Mayjen TNI Suhartono kepada Antv.Menurut Suhartono, shalat jama ini memang sudah direncanakan sebelumnya," Saya juga memberitahukan protokol Afghanistan kalau Presiden biasanya melaksanakan sholat jamak, dan saya sampaikan agar dikasih tahu Imamnya,"kata Suhartono."Saat saya iqomah imam besar mundur, sebagian jamaah mundur. Presiden Jokowi maju ke posisi Imam, rombongan dari Indonesia segera menempati syaf, namun ternyata imam besar, Presiden Afganistan dan sebagian jamaah dari mereka juga ikut sholat jamak takdim jadi makmumnya presiden Jokowi,"kata Suhartono.Selesai sholat Ashar 2 rakaat (diqoshor = sholat yg 4 rakaat disingkat menjadi 2 rakaat), setelah dua rakaat Salam. Imam besar dan beberapa jamaah melanjutkan sampai empat rakaat,mereka hanya jamak tapi tidak qoshor.Usai jumpa pers, presiden bertemu dgn HPC atau High Peace Contact. "Jadi orang yang dianggap sebegai perekat proses perdamaian di Afghanistan. Karena presiden jadi inisiator pertemuan ulama-ulama Afghan, ulama indonesia, dan ulama pakistan untuk mencari jalan keluar dalam proses perdamaian,"kata Pramono Anung.Setelah makan siang selama satu jam, rombongan kembali ke airport dan take off jam 17.30. Kunjungan selama enam jam pun berakhir. Menlu Retno Marsudi dan Danpaspampres Mayjen TNI Suhartono berjudud di lantai pesawat, mensyukuri kunjungan Presiden Jokowi ke Kabul enam  jam yang yang menegangkan itu. [caption id="attachment_75561" align="aligncenter" width="300"] Danpaspampres dan Menlu sujud syukur (Twitter Pramono Anung) [/caption]Lawatan pun usai, yang tersisa adalah pergunjingan seputar mengapa Jokowi menjadi imam dan tudingan pencitraan. Menanggapi beredarnya dua foto yang satu Presiden Jokowi menjadi imam dan yang satu menjadi makmum,  saat kunjungan Presiden Jokowi ke Kabul  itu, Pramono Anung mengatakan dalam kondisi sebagai musafir presiden memang kerap melakukan shalat jamak."Ini gak ada hubungan atau urusan pencitraan, enggak ada,"kata Pramono Anung.