Diancam Sanksi PBB, Militer Myanmar Menjawab: "Kami Terbiasa dengan Sanksi"

demo myanmar paling berdarah
demo myanmar paling berdarah (Foto : )
Ketika diperingatkan bakal kena sanksi internasional, wakil panglima militer Myanmar bilang begini: “Kami terbiasa dengan sanksi dan kami selamat”
Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengatakan militer Myanmar siap menghadapi sanksi yang bakal dijatuhkan oleh dunia internasional terkait kudeta.Schraner Burgener mengatakan ia telah bicara dengan wakil panglima militer Myanmar Soe Win dan memperingatkannya bahwa akan ada tindakan keras dari beberapa negara serta isolasi sebagai tanggapan atas kudeta tersebut.Jawabannya adalah: "Kami terbiasa dengan sanksi,dan kami selamat", kata Schraner Burgener kepada wartawan di New York, Rabu (3/3/2021)Schraner Burgener terakhir berbicara dengannya pada 15 Februari dan sekarang berkomunikasi dengan militer secara tertulis. “Ketika saya juga memperingatkan mereka akan pergi dalam isolasi, jawabannya adalah: 'Kami harus belajar berjalan hanya dengan beberapa teman'," ucap Burgener.Burgener mengatakan berkukuh akan mengadakan pemilihan umum dalam kurun setahun depan. Ia menduga militer akan memanfaatkannya untuk menyelidiki tokoh-tokoh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) untuk memenjarakannya."Pada akhirnya NLD akan dilarang dan kemudian mereka mengadakan pemilihan baru, di mana mereka ingin menang, dan kemudian mereka dapat terus berkuasa," ucap dia.Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sebagian besar tokoh NLD. Militer menuding pemilihan umum 2020 yang dimenangkan NLD dengan telak penuh kecurangan. Komisi Pemilihan Umum Myanmar mengatakan pemungutan suara itu adil.Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa, telah menerapkan atau sedang mempertimbangkan sanksi yang ditargetkan untuk menekan militer Myanmar dan sekutu bisnisnya.Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara telah menyuarakan keprihatinan atas keadaan darurat tersebut, tetapi tidak mengutuk kudeta tersebut bulan lalu karena ditentang oleh Rusia dan Cina. Dua negara ini memandang perkembangan tersebut sebagai urusan dalam negeri Myanmar."Saya berharap mereka menyadari bahwa ini bukan hanya urusan internal, tapi juga mengenai stabilitas kawasan," kata Schraner Burgener tentang sikap Cina dan Rusia terhadap Myanmar.
Reuters