Lockdown di Swiss Tak Seketat Negara Eropa Lain, Tapi Warganya Tetap Protes

demo zug
demo zug (Foto : )
Tak seketat Jerman, Austria dan Italia. Di Swiss, restoran dan toko-toko non-sembako harus tutup, namun area permainan ski masih diperbolehkan buka.      
Ratusan orang berunjuk rasa di Zug, Swiss pada Sabtu, 6 Februari 2021, melakukan aksi jalan untuk memprotes lockdown, aturan yang ditujukan untuk membatasi penyebaran wabah virus corona.Para pengunjuk rasa menggunakan APD sambil meneriakkan slogan-slogan ketidaksukaan mereka pada aturan Covid-19.Unjuk rasa tersebut mengingatkan pada aksi protes di Ibu Kota Wina, Austria, dimana ribuan orang menentang negara itu melakukan lockdown.Pembatasan ruang gerak masyarakat tidak seketat Jerman, Austria dan Italia. Di Swiss, restoran dan toko-toko non-sembako harus tutup, namun area permainan ski masih diperbolehkan buka.Unjuk rasa di Zug diawasi oleh aparat kepolisian, namun tidak mengintervensi demonstran yang memenuhi stasiun kereta dan bergerak menuju pusat kota Zug,“Memakai masker adalah sebuah perbudakan modern,” demikian diteriakkan salah seorang demonstran dengan pengeras suara.Demonstran lain mengatakan warga negara adalah pihak yang memegang kendali dan negara harus ada untuk melayani warga negaranya. Seorang lansia perempuan yang tidak mau dipublikasi namanya mengatakan dia ikut berunjuk rasa demi generasi berikutnya.“Saya seorang nenek. Saya tidak mau cucu saya tumbuh dalam dunia yang penuh larangan,” kata demonstran tersebut.Di Swiss, kasus-kasus Covid-19 sudah turun sejak puncaknya pada akhir tahun lalu. Pada Jumat, 5 Februari 2021, ada lebih dari 1.500 kasus baru positif Covid-19.Sejak awal pandemi Covid-19, di Swiss sudah ada lebih dari 530 ribu kasus infeksi virus corona. Dari jumlah itu, hampir 9 ribu kasus berujung dengan kematian.Sebelumnya pada akhir pekan lalu Menteri Kesehatan Swiss Alain Berset mengatakan pemerintah berencana memperpanjang lockdown setidaknya sampai akhir bulan ini dan mungkin saja bisa diperpanjang lagi mengingat varian baru Covid-19 semakin menyebar.
Reuters