Survei Cabul Pria Jepang Minta Gadis-gadis Beri Penilaian Alat Vitalnya Skala 1 - 10

ilustrasi wow
ilustrasi wow (Foto : )
Taro Yakabe yang bekerja sebagai manajer divisi perencanaan Hitachi Ltd melakukan survei cabul terhadap 2 gadis remaja. Dia menawarkan hadiah uang 3.000 Yen atau sekitar Rp400 ribu kepada gadis itu untuk memberi penilaian pada alat vitalnya dalam sakala 1 – 10.
Seperti diberitakan Daily Star, Insiden tersebut terjadi di Yokosuka, Prefektur Kanagawa, Jepang. Berdasarkan laporan media lokal, pria berusia 52 tahun itu mendekati korbannya di luar Stasiun Shioiri di Yokosuka sekitar pukul 9:30 malam pada tanggal 23 November dan berpura-pura bertanya apakah dia ingin ikut serta dalam survei berhadiah uang.
Japan Today melaporkan, gadis itu pergi bersamanya ke tempat parkir mobil terdekat di mana dia kemudia membuka celananya."Yakabe kemudian bertanya kepada gadis itu bagaimana dia akan menilai dia dari skala satu sampai 10, dan memberinya 3.000 yen dan pergi.Yakabe rupanya telah melakukan aksi yang sama kepada korban lain 30 menit sebelumnya. Korban sebelumnya, yang dilaporkan berusia 20-an, diberi 5.000 Yen.Polisi dapat melacak Yakabe berkat CCTV di jalanan dengan mencocokkannya dengan deskripsi yang diberikan oleh korban remaja.Sejak itu dia ditangkap karena tuduhan kejahatannya. Namun, dia membantah tuduhan yang diajukan terhadapnya. Dia mengklaim saat itu sedang mabuk dan "tidak ingat" kedua insiden tersebut.Yakabe mengatakan pada petugas di Kantor Polisi Yokosuka: "Saya ingat memanggil gadis itu, tapi saya tidak ingat [kejadian] setelah itu."Sementara korban remaja mengklaim dia berkata kepadanya: "Saya ingin Anda membantu saya dengan survei", mengungkapkan dirinya sendiri, menyerahkan uang tunai 3.000 yen, dan kemudian menyatakan: "Dengan 10 menjadi yang terbaik, skor apa yang Anda berikan kepada saya?"Yakabe sekarang harus bersiap kehilangan pekerjaannya setelah insiden itu. Seorang juru bicara Hitachi menyatakan: "Sangat disayangkan seorang karyawan ditangkap. Jika [tuduhan] benar, kami akan menangani [masalah] dengan ketat." Daily Star