Agen Federal Tangkap Pria Bertanduk yang Viral Saat Rusuh Gedung Capitol

pria bertanduk
pria bertanduk (Foto : )
Agen Federal Amerika Serikat menangkap dua perusuh Gedung Capitol. Salah satunya adalah Jacob Anthony Chansley alias Jake Angeli, yang viral di media sosial karena mengenakan penutup kepala dengan bulu-bulu dan bertanduk.
Kantor berita
Reuters melaporkan, belasan orang telah didakwa setelah penyerbuan Capitol pada hari Rabu (6/1). Salah satunya adalah Jacob Anthony Chansley, yang viral di media sosial mengenakan tanduk, bulu bulu, cat wajah, dan mengacungkan tombak yang dihiasi bendera AS.Departemen Kehakiman AS mengatakan Jacob menyerahkan diri ke polisi. Pria yang memiliki nama lain Jake Angeli itu menelepon kantor FBI di Washington pada hari Kamis (7/), dengan membuat pengakuan terkait kedatangannya di Gedung Capitol.Kementerian Kehakiman Amerika Serikat mengatakan Jacob saat menelepon Kantor FBI mengaku bagian kelompok perusuh itu. Dia mengaku berasal dari Arizona."Dia mengatakan kepada agen 'dia datang sebagai bagian dari kelompok patriot dari Arizona, atas permintaan Presiden agar semua patriot datang ke DC pada 6 Januari," kata Kementerian Kehakiman AS dalam keterangan persnya.Jacob Chansley disebut menghadapi beberapa tuntutan federal termasuk masuknya kekerasan dan perilaku tidak tertib di Capitol. Laporan media setempat mengatakan Jacob Chansley sering terlihat di rapat umum mendukung Trump.Selain itu, agen federal juga menangkap Adam Christian Johnson, seorang yang viral karena dia tersenyum dan melambai saat dia membawa mimbar Ketua DPR Nancy Pelosi. Baik Jacob Chansley ataupun Johnson belum diketahui mereka ditahan di mana.Untuk diketahui, setelah kerusuhan ini Ketua Komite Intelijen Senat Mark Warner bersurat ke kepala eksekutif. Mark meminta operator seluler dan perusahaan media sosial menghilangkan konten dan meta-data terkait yang terkait dengan kerusuhan, yang meletus di Gedung Capitol itu.Dalam suratnya, Warner menekankan bagaimana para perusuh meluangkan waktu untuk mendokumentasikan peristiwa tersebut dan membagikannya melalui media sosial dan pesan teks 'untuk merayakan penghinaan mereka terhadap proses demokrasi kita'. Reuters