Problem Islamophobia dan Solusinya di Eropa

Problem Islamophobia dan Solusinya di Eropa (Foto theguardian.com)
Problem Islamophobia dan Solusinya di Eropa (Foto theguardian.com) (Foto : )

Kontribusi Indonesia

Selama bertugas sebagai Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, saya selalu berusaha untuk memajukan salah satu prioritas politik luar negeri Indonesia untuk membangun harmoni antar agama dan antar peradaban. Indonesia memiliki modal yang kuat karena negeri kita adalah perwujudan dari Islam, demokrasi dan modernitas yang hidup berdampingan secara serasi.Harmoni sosial di Indonesia pun mendapatkan apresiasi luas di Uni Eropa.Saya selalu melakukan engagement dengan anggota Parlemen Eropa baik faksi European People's Party (faksi terbesar di parlemen) atau DASE (delegasi Parlemen untuk penguatan kejasama dengan ASEAN).Sering saya diundang dalam pertemuan-pertemuan breakfast meeting atau konsultasi yang mereka selenggarakan, dimana saya menjelaskan tentang Islam di Indonesia. Saya pun secara terang-terangan menyampaikan kritik saya terhadap Islamophobia di Eropa. Dialog kami sering hangat dan terus terang tapi tetap bersahabat.Sebagai strategi, saya juga sering mengatur kunjungan tokoh-tokoh lintas agama Indonesia untuk berinteraksi dengan berbagai stakeholders di Uni Eropa sehingga kepakaran mereka bisa mencerahkan teman-teman kita di Uni Eropa tentang Islam, toleransi dan perkembangan terkini di Indonesia.[caption id="attachment_333441" align="aligncenter" width="900"]
Seminar ‘Islam and Tolerance in Indonesia’ di kota Antwerp, Belgia Desember 2018 (Foto Istimewa) Seminar ‘Islam and Tolerance in Indonesia’ di kota Antwerp, Belgia Desember 2018 (Foto Istimewa)[/caption]Saya juga rajin menjadi pembicara di lembaga think tanks seperti European Institute for Asian Study (EIAS) atau dalam forum-forum yang diselenggarakan Friends of Europe atau seminar yang digagas KBRI Brussel bersama majalah Diplomatic World, dimana saya selalu mengingatkan Uni Eropa untuk meningkatkan toleransi dan multikulturalisme.Selama saya bertugas sebagai dubes, sudah 6 edisi diselenggarakan program beasiswa "Indonesia Interfaith Scholarship". Sejauh ini sudah 52 alumni dihasilkan dari program tersebut terdiri dari para peneliti di Parlemen Eropa, pejabat Komisi Eropa, pejabat kemlu Belgia, jurnalis, peneliti di beberapa think tank, tokoh pemuda dan mahasiswa. Saya yakin kunjungan mereka ke Indonesia sangat bermanfaat untuk memerangi Islamophobia di Eropa.Berangkat dari keyakinan pentingnya "melihat untuk sejuta mata", pada November 2019 bertepatan dengan 70 tahun hubungan diplomatik Belgia-Indonesia KBRI Brussel menyelengarakan pameran foto bertemakan "Persatuan dalam Keberagaman" selama 3 minggu di gedung Parlemen Belgia. Melalui pameran yang dibuka oleh Ketua Parlemen Belgia Hon. Patrick Dewael itu publik Belgia menikmati suguhan suasana tentram kerukunan umat beragama di Indonesia.[caption id="attachment_333442" align="aligncenter" width="900"] Pada saat Pembukaan Pameran Foto “Bhinneka Tunggal Ika; Harmony of Indonesia in Pictures”, 19 November 2019 di Parlemen Belgia (Foto Istimewa) Pada saat Pembukaan Pameran Foto “Bhinneka Tunggal Ika; Harmony of Indonesia in Pictures”, 19 November 2019 di Parlemen Belgia (Foto Istimewa)[/caption]Akhirnya saya ingin menutup tulisan ini dengan mengangkat fakta bahwa Uni Eropa adalah sahabat Indonesia yang gemar memberi "kuliah" pada dunia tentang nilai-nilai demokrasi, kebebasan, toleransi, mutual respect, multikulturalisme, perlindungan dan penghormatan HAM. Mungkin sudah saatnya bagi Uni Eropa untuk merealisasikan apa yang sering dikuliahkannya itu, dengan menanggulangi Islamophobia di Eropa. Penulis: Yuri O. Thamrin, Duta Besar RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa periode 2016-2020